Jumat, 27 Februari 2009

Kezaliman Dalam Penulisan Sejarah Islam

Saya harus minta maaf kepada ilmuwan sejarah untuk mengatakan bahwa sejarah adalah ilmu yang paling tidak imiah. Argumen saya adalah sesuatu dikatakan ilmiah pertama-tama harus objektif. Kedua, proses dan hasilnya harus terukur secara kuantitatif dan kualitatif. Ketiga, kebenarannya dapat dibuktikan secara empiris atau paling tidak secara laboratoris. Sejarah menjadi tidak objektif karena sejarah ditulis oleh penguasa dan disebarluaskan lewat kekuasaannya itu. Ukuran kebenarannya paling-paling hanya pada “waktu terjadinya peristiwa” bukan pada substansi. Juga ada kesulitan dalam menguji kebenaran sejarah secara empiris maupun laboratoris karena metodologinya sarat kepentingan kekuasaan.

Dalam penulisan sejarah nasional yang paling dirugikan dan dizalimi adalah Islam. Nyaris semua produk sejarah Indonesia yang diajarkan kepada anak sekolah sejak SD sampai perguruan tinggi adalah sejarah yang anti dan menegasikan Islam. Para pemuda kita dibutakan atas sejarah masa lalu kebesaran Islam. Para ilmuwan sejarah pun bisu atau membisukan diri atas penulisan sejarah yang tidak berpihak kepada kebenaran. Determinasi kekuasaan sejak zaman Belanda sampai pemerintahan sendiri sangat kuat, tetapi mereka paranoid terhadap Islam.

Tengok kebohongan kisah pertemuan Kartosoewiryo dengan Westerling di Gedung Pakuan Bandung. Kisah ini sangat keji karena sumber sejarahnya adalah pengadilan sandiwara atas kasus Schmidt dan Jungschlaeger. Hal ini ditulis ulang oleh Her Suganda di PIkiran Rakyat (5/2). Tentu saja Her Suganda mengambil dari sumber resmi yang dalam hal ini dibuat oleh penguasa saat itu. Haris bin Suhaemi yang dijadikan saksi dan dikutip kesaksiannya dalam tulisan itu digambarkan sebagai orang yang dekat dengan Imam Negara Islam Indonesia (NII), S.M. Kartosoewiryo as syahid. Padahal, nama Haris bin Suhaemi tidak dikenal di kalangan pimpinan tinggi maupun menengah NII.

Di pengadilan dia membual pernah menyaksikan pertemuan antara S.M. Kartosoewiryo dan wali negara Pasundan R.A.A. Wiranatakusumah dan bekas kapten Westerling. Dia juga berkisah melihat kapal selam menurunkan perlengkapan perang, senjata, adan munisi, serta droping dari epsawat terbang asing untuk melengkapi mesin perang DI/TII. Anehnya, di tulisan Her Suganda, di katakan bahwa Kartosoewiryo gagal melaksanakan ambisinya karena lemahnya persenjataan dan kesulitan komunikasi. Menurut Her Suganda, Kartosoewiryo hanya bisa mengacau di daerah Sukaraja dan Cikalong, Tasikmalaya Selatan.

Kebohongan dan fitnah yang dilansir oleh saksi lain di pengadilan tersebut sangat memojokkan perjuangan Islam NII. Meskipun demikian, harus diakui bahwa NII mengalami fragmentasi yakni NII pro-Proklamasi 17 Agustus 1945 pimpinan H.Zainal Abidin dan Ajengan Patah, NII pro-Belanda yang dipimpin Sultan Hamid II yang bersekutu dengan Westerling, serta NII pimpinan S.M. Kartosoewiryo yang menajiskan hubungan dengan kaum kafir. Dalam pernyataan bantahan yang dilansir oleh Komandemen Tertinggi ANgkatan Perang NII No. IX/7/1955, dinyatakan bahwa usaha merangkaikan dan mencampuradukkan (saman-smelten) perjuangan Islam NII dengan gerakan subversif yang dilakukan Westerling dan sekelompok orang Indonesia adalah sangat absurd dan sama sekali tidak mengandung kebenaran sedikitpun. Bantahan ini tidak mendapatkan tempat di media karena bias kekuasaan.

Rakyat Indonesia selalu dicekoki tuduhan seakan-akan gerakan Islam identik dengan pemberontakan. Kehadiran dan deklarasi NII sebenarnya tidak pada posisi ada negara di dalam negara karena Republik Indonesia berdasarkan Perjanjian Renville hanya berada di Yogyakarta dan sekitarnya. Lebih tepat dikatakan kehadiran NII adalah sebuah negara dengan negara yang sejajar jika disandingkan dengan RI. Lain halnya dengan negara Pasundan yang benar-benar merupakan produk Belanda. Orang-orang nasionalis tidak bisa sependapat dalam perkara ini, tetapi kebenaran sejarah tidak bisa ditutupi terus-menerus.

Menurut Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi, M.A., M.Phil., sejarah Islam perlu dipaparkan dengan jujur dan diinternalisasi terus-menerus untuk membangun semangat perjuangan dan peradaban. Orang Yahudi sangat berkepentingan memalsukan sejarah Islam karena mereka paham bahwa sejarah bisa menjadi sumber inspirasi yang tiada habisnya bagi kemajuan umat manusia. Dengan segala cara mereka melakukan manipulasi sejarah seakan-akan sumbangan Barat terhadap peradaban manusia lebih hebat daripada Islam. Banyak contoh, betapa sejarah Islam bukan saja ditutup-tutupi, tetapi dikisahkan dalam bentuk kekalahan dan ketertinggalan.

Pembodohan bisa dilakukan lewat sejarah. Lihat sejarah Islam Nusantara yang tidak pernah sungguh-sungguh menggambarkan kejayaan Samudera Pasai, Ternate, dan Tidore serta pengislaman Papua oleh Kerajaan Islam Bacan. Anehnya, yang selalu dibanggakan adalah kisah kejayaan Majapahit dan Sriwijaya yang konon bisa mempersatukan Nusantara. Para ulama yang oleh pujangga Mataram Ronggowarsito pada abad XIX disebut Walisongo sebenarnya adalah penyebar dan penegak syariat Islam lewat kekuasaan yang dibangunnya. Dari mulai Giri, Demak, dan Cirebon. Di masa Mataram yang telah meramu Islam dengan sinkretisme, para ulama tersebut dimistifikasi sebagai tokoh-tokoh keramat dan digjaya tetapi pada saat yang sama direduksi menjadi pengembang ajaran tasawuf.

Krisis sejarah berikutnya adalah pengaburan Kebangkitan Nasional yang dimanipulasi seakan-akan berawal dari berdirinya paguyuban Boedi Oetomo. Bandingkan dengan Syarikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan 25 tahun lebih tua daripada Boedi Utomo. Organisasi ini menjelma menjadi Syarikat Islam yang terbuka untuk seluruh rakyat Indonesia dari segala lapisan yang mayoritas beragama Islam. Faktanya, pendiri Syarikat Islam H.O.S. Cokroaminoto dan murid-muridnya adalah kaum pergerakan yang menjadi pejuang politik dan militer.

Hizbullah adalah laskar Islam yang menjadi inti peristiwa heroik 10 November di Surabaya. Di Jawa Tengah tatkala TNI di bawah Soedirman mengalahkan sekutu sebenarnya terdiri atas elemen-elemen tentara Islam. Peristiwa yang dikenal dengan Palagan Ambarawa 15 Desember 19435 dan dijadikan Hari Eka Paksi (hari TNI AD) itu sama sekali tidak mengisahkan keterlibatan laskar santri. Menjadi catatan penting bahwa pemberontakan PKI Madiun lebih banyak dihancurkan oleh Hizbullah, namun yang ditonjolkan dalam sejarah adalah prestasi Divisi Siliwangi.

Akhirnya di hari-hari kehidupan bangsa yang konon telah merdeka selama 63 tahun ini, umat Islam selalu terpinggirkan. Bangsa ini lebih memilih pendidikan sekuler dan mengikuti strategi Yahudi yang memisahkan agama dengan politik. Mayoritas umat Islam terbawa arus pemikiran yang menolak nilai-nilai agama menjadi sumber hukum positif. Sekarang dengan kecanggihan media yang dikontrol asing, perlawanan Islam politik pada tingkat tertentu dikategorikan sebagai tindak terorisme. Hasbunallah wa ni’mal wakil. Amin. ***

Penulis, pengamat politik dan militer

Sumber: Pikiran Rakyat, 18 Februari 2009

Rabu, 25 Februari 2009

Indonesia Miliki Dua Proklamasi?

Indonesia Miliki Dua Proklamasi?
Oleh Prof. Usman Pelly, MA, Ph.D

WASPADA Online.
DR. Mohammad Noer, seorang Political Scientist, dari Universitas Nasional Jakarta, mantan aktivis PII Tanjung Pura, menyatakan dalam sebuah seminar nasional baru-baru ini di kota Padang (11 Agustus 2007), Indonesia sebenarnya memiliki dua buah proklamasi: Pertama Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, dan yang kedua Proklamasi Berdirinya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) pada 17 Agustus 1950, yang diproklamirkan oleh orang yang sama, yaitu Soekarno dan Hatta.

Bedanya pada proklamasi pertama Soekarno-Hatta menyatakan dirinya atas nama bangsa Indonesia, sedang pada proklamasi kedua, ketika itu, Soekarno adalah Presiden RIS dan Hatta adalah Perdana Menteri RIS. Akan tetapi menurut Noer, perbedaan itu bukanlah sesuatu yang penting, ada yang lebih penting lagi yaitu perbedaan makna dan sejarah dari kedua proklamasi itu sendiri.

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, yang kita rayakan setiap tahunnya adalah pernyataan bahwa 'penjajahan kolonial terhadap bangsa Indonesia telah berakhir dan bangsa itu menyatakan kemerdekaannya,' sedang Proklamasi berdirinya NKRI 17 Agustus 1950 adalah pernyataan 'pembubaran 17 Negara-Negara Bahagian yang tergabung dalam RIS, termasuk Negara RI Yogayakarta (yang diproklamirkan 17 Agustus 1945) dan meleburkan diri ke dalam sebuah negara baru yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

'Proklamasi kedua (17 Agustus 1950) itu bukan menyatakan 'kembali kepada RI yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.' Karena, RI 1945 itu juga turut membubarkan diri bersama NST (Negara Sumatra Timur), Negara Pasundan dan NIT (Negara Indonesia Timur) dan kemudian meleburkan diri ke dalam NKRI. Ternyata dalam buku-buku Sejarah Nasional dari SD sampai ke Perguruan Tinggi, tidak ada yang menyebut atau mengutarakan peristiwa proklamasi kedua ini, sehingga banyak generasi muda kita yang tidak mengetahui kapan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) lahir.

Proklamasi kedua ini 'merupakan penyatuan kembali Republik Indonesia,' yang waktu itu pecah menjadi 17 Negara Bahagian. Pembentukan 17 Negara Bahagian ini, yang disponsori oleh pemerintah kolonial Belanda, merupakan negara-negara federasi dari RIS yang disebut juga sebagai BFO (Byzonder Federal Overleg). BFO ini adalah bentuk Negara RI yang merupakan landasan struktural dalam persetujuan KMB (Konferensi Meja Bundar), yaitu penyerahan Kedaulatan Kerajaan Belanda kepada RIS tanggal 27 Desember 1949 di Amsterdam, yang ditanda-tangani oleh Kepala Negara Kerajaan Belanda Ratu Juliana.

Republik Indonesia Serikat
Setelah Belanda berhasil menduduki Yogyakarta, ibu kota RI dalam pengungsian dan menawan Soekarno-Hatta, Van Mook Wakil Kerajaan Belanda di Indonesia, ketika itu berhasil membentuk Negara-Negara Bahagian (BFO), yang kemudian menjadi Republik Indonsia Serikat (RIS), sedang RI Proklamasi 1945 yang kemudian disebut sebagai RI Yogyakarta, dijadikan sebagai salah satu negara bahagian. Gagasan Van Mook ini merupakan politik 'devide et empera' (pecah dan kuasai), agar Belanda tetap dapat mengendalikan negara bekas jajahannya. Setelah KMB, RIS diterima sebagai suatu kenyataan, walaupun di daearah-daerah Negara Bahagian itu sendiri muncul berbagai kejolak politik (political anrest) yang menuntut untuk mengakhiri atau membubarkan RIS.

Pergolakan untuk membubarkan RIS dimulai oleh Dewan Perwakilan Rakyat Malang. Dalam rapatnya 4 Januari 1950, mereka memutuskan untuk melepaskan diri dari Negara Bagian Jawa Timur dan bergabung dengan Negara Bagian RI Yogyakarta. Di Ambon Ir. Soumokil memproklamirkan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS) dan dia sendiri sebagai presidennya. Sementara itu di Sumatra Timur, Dewan Permusyawaratan Rakyatnya menuntut agar RIS dipertahankan (7-9 Mei 1950), tetapi sebaliknya Kongres Rakyat Sumatra Timur tgl 7 Juli 1950 menuntut pembubaran NST (Negara Sumatra Timur).

Pertentangan pendapat di Sumatra Timur ini merupakan dampak dari 'Revolusi Sosial Sumatera Timur 1946. 'Mereka yang duduk dalam badan Permusyawaratan Rakyat NST banyak yang menjadi korban revolusi sosial, sedang yang berperan dalam Kongres Rakyat dari kelompok-kelompok radikal. Tetapi Wali Negara NST, Dr. Tengku Mansjur dalam pidatonya tanggal 11 Mei 1950 menganjurkan untuk 'mempercayakan kepada pemerintah RIS {di Jakarta} untuk penyelesaian bentuk negara ini dengan harapan di kemudian otonomi daerah juga ditegakkan (Mohd. Said, 1973: 27; Deliar Noer 1986: 260). Pergolakan untuk membubarkan RIS terus bergelinding diberbagai daerah, karena dirasakan RIS bukanlah apa yang dicita-citakan oleh Proklamasi 17 Agustus 1945.

Munculnya gagasan NKRI 1950
Menanggapi gejolak permasalahan yang marak dalam tubuh RIS di atas, muncul dua pendapat dalam Komite Nasional Indonesia (BP. KNIP), pendapat pertama berasal dari tokoh PNI, Susanto Tritoprojo, yang menganjurkan agar negara-negara bahagian yang ada bergabung ke Republik Indonesia (Yogyakarta). Dengan demikian RI Yogyakarta akan menggantikan RIS dalam memerintah seluruh Indonesia. Pendapat ini sangat sulit diterima oleh beberapa negara bahagian seperti NIT dan NST, karena mereka melihat RI Yogyakarta sama-sama berkedudukan sebagai negara bahagian, sederajat dengan mereka.

Apabila dipaksakan akan menimbulkan konflik antar berbagai negara bahagian dengan RI Yogyakarta. Pendapat kedua muncul dari Mohd. Natsir, seorang tokoh Masyumi. Beliau berpendapat, masalah pokok yang harus dipecahkan adalah bagaimana membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), apakah itu dengan cara penggabungan negara-negara bahagian ke RI Yogyakarta atau langsung semua negara-negara bahagian ke NKRI, itu menurutnya adalah masalah teknis. Yang penting menurut beliau, 'pembentukan NKRI itu harus tanpa menimbulkan konlik antar negara-negara bahagian dan golongan dalam masyarakat'(Noer 1986: 261).

DR. Mohd. Natsir yang dijuluki oleh George Mc T Kahin seorang Sosiolog dari Cornell University Amerika Serikat, sebagai 'the last giants among the Indonesia's nationalist and revolutionary political leaders' (raksasa terakhir {meninggal 1993} di antara tokoh nasionalis dan pemimpin politik revolusioner Indonesia), menamakan usulnya tersebut sebagai 'mosi integral' yang akhirnya setelah disetujui oleh Parlemen, diambil alih oleh pemerintah. Ada hal yang menarik untuk disimak dari mosi integral Mohd. Natsir yang telah menyelamatkan Republik Indonesia yang baru mendapatkan kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda itu.

Walaupun gagasan NKRI itu tidak lagi diperdebatkan oleh Negara-Negara Bahagian, tetapi bagaimana cara, agar semua Negara-negara Bahagian termasuk RI Yogyakarta tidak merasa dipermalukan atau tersinggung dan pemerintah Belanda tidak turut campur tangan merupakan masalah yang krusial. Apabila seluruh negara-negara bahagian membubarkan diri dan melebur kedalam RI Yogyakarta, ada yang merasa tersinggung dan direndahkan. Natsir menggagasi agar semua negara-negara bahgian meleburkan diri, termasuk Negara bahagian RI Yogyakarta kedalam negara baru NKRI.

Yang paling sulit diyakinkan, ternyata adalah Negara Bahagian RI Yogyakarta, walaupun Natsir telah pulang pergi ke Yogyakarta beberapa kali, berunding dengan Mr. Asad sebagai Pj. Presiden dan berbagai tokoh politik di sana. Setelah berunding dengan rekan-rekannya Mr. Kasimo (Partai Katholik), Mr. Tambunan (dari Parkindo) dan Ir Sakirman (dari PKI), akhirnya Natsir kembali ke Yogyakarta dan mengajukan dua pilihan kepada RI Yogyakarta: (1) membubarkan diri dan masuk ke NKRI, atau (2) berperang melawan negara-negara bahagian lain, seperti Negara Madura, NIT dan Pasundan.

Menurut Natsir meskipun RI Yogyakarta akan menang, tetapi akan menelan banyak korban. Natsir meyakinkan bahwa alternatif pertama, membubarkan diri kemudian bersatu dalam NKRI merupakan jalan yang terbaik. Beliau menambahkan bahwa Dwi Tunggal Soekarno-Hatta adalah modal utama RI Yogyakarta. Tidak ada Negara bahagian lain yang tidak setuju kalau Sukarno dan Hatta dijadikan presiden dan wakil presiden NKRI. Dengan lobbying yang ketat seperti itu RI Yogyakarta, yang semula merasa sulit untuk membubarkan diri yang berarti kehilangan negara, tetapi akhirnya setuju dengan mosi integral Natsir tersebut.

Ternyata keseluruhan isi 'mosi integral Natsir' yang tertuang dalam sebuah naskah autentik DPR Sementara RIS, baru akhir-akhir ini dapat ditemukan oleh para sejarawan. Pada tanggal 2 April Mohd. Natsir menyampaikan pidato 'mosi integral' yang bersejarah tersebut, dengan beberapa butir latar pemikiran yang penting (1) Semua negara-negara bahagian mendirikan NKRI melalui prosedur parlementer, (2) Tidak ada satu negara bahagian menelan negara bahagian lainnya dan (3) Masing-masing negara bahagian merupakan bahagian integral dari NKRI yang akan dibentuk.

Akhirnya DPR RIS Sementara, memutuskan: 'Menganjurkan kepada pemerintah supaya mengambil inisiatif untuk mencari penyelesaian atau sekurang-kurangnya menyusun suatu konsepsi, menyelesaikan soal-soal yang hangat yang tumbuh sebagai akibat perkembangan politik diwaktu akhir-akhir ini dengan cara yang integral dan menyusun program yang tertentu.' (Feisal 2007: 6).

Kemudian Mohd. Hatta sebagai Perdana Menteri RIS dalam sidang kabinetnya, menyatakan 'Mosi Integral Natsir akan di jadikan pemerintah sebagai dasar penyelesaian persoalan-persoalan yang sedang dihadapi.' Mosi Integral Natsir yang ditandatangani oleh seluruh wakil fraksi di DPR tanggal 2 April 1950 tersebut telah memulihkan NKRI secara demokratis dan konstitusional dan diproklamirkan oleh Presiden Soekarno dalam pidato kenegaraan pada 17 Agustus 1950.

Penutup
Menurut Dr.Mohammad Noer, anak Tanjung Pura (peternak kambing, memperoleh Ph.D dari USM, sekarang Direktur Pasca Sarjana Universitas Nasional Jakarta) itu, dalam wawancaranya dengan Pak Natsir di Jakarta (1990), bahwa dalam mensosialisasikan 'Mosi Integral' itu dia berusaha untuk tidak terbuka. Strategi ini menurut Natsir, karena waktu itu, Belanda masih bercokol di Indonesia. 'Saya adakan Mosi Integral yang kabur-kabur saja.

Karena kita tengah menghadapi Belanda. Jangan sampai Belanda bikin kacau lagi. Belanda tidak boleh tahu ke mana arah rencana itu.' Setelah terbentuk NKRI, Natsir diberi mandat oleh Presiden Sukarno sebagai Perdana Menteri Pertama NKRI (1950-1951). Pak Natsir mengetahui penunjukkan itu, pertama-tama dari wawancara wartawan Asa Bafaqih, waktu dia bertanya kepada Presiden Soekarno, 'siapa yang akan menjadi Perdana Menteri NKRI?' Dengan suara yang meyakinkan Soekarno menjawab, 'siapa lagi kalau bukan Natsir dari Masyumi. Mereka punya konsepsi untuk menyelamatkan Republik melalui konstitusi.'

Demikianlah Mohd. Natsir menjadi Perdana Menteri NKRI yang pertama setelah Presiden Soekarno memproklamirkan NKRI 17 Agustus 1950 Agar generasi muda kita tidak melupakan sejarah atau buta sejarah, mengapa pada setiap hari peringatan Proklamasi 17 Agustus 1945, kita juga secara implisit atau sekaligus bersedia memperingati Proklamasi NKRI (1950). Karena NKRI yang kita pertahankan sekarang ini, tidak muncul tiba-tiba dari atas langit, 'it has a history!' walaupun pembuat sejarah itu bukan orang yang selalu kita senangi. Insya Allah!


(Penulis adalah Antropolog, Universitas Negeri Medan)
http://www.waspada.co.id/Opini/Artik...roklamasi.html

Sabtu, 21 Februari 2009

Rosulullah Muhammad SAW adalah Teladan Kita, Apakah Beliau Pernah Ikut Pemilu ?

Arrahmah.Com Knowledge - Jika kita memperhatikan kebiasaan dan kenyataan dari pemilihan umum (pemilu) dan kemudian melihat firman Allah SWT dalam Al-Qur`an, kita akan menyadari bahwa ayat “Qul Yaa ayuhhal kafiruun” itu tidak punya arti sama sekali jika anda memilih orang kafir atau orang muslim dengan ideologi kafir dan mendukung partai mereka. Terlebih jika anda memilih mereka, anda akan mendukung seluruh tindakan yang mereka lakukan yang dalam prinsip Islam anda telah me-‘wakil’-kan segala urusan anda pada mereka. Oleh karena itu, kaum Muslimin tidak boleh memilih siapapun dalam pemilu kali ini, meskipun mereka semuanya terlihat Islami dan seolah-olah akan memperjuangkan Islam atau menggunakan ayat-ayat Al-Qur`an dalam kampanye-kampanye mereka!

Terlebih jika ada beberapa orang pergi dan mendaftarkan dirinya untuk menjadi anggota dewan, atau memilih anggota dewan untuk menduduki jabatan di legislatif (DPR/MPR), ini jelas-jelas sebuah kemusyrikan dalam Islam. Sebuah perkara, pada kenyataannya dalam pandangan Islam wajib diketahui dan tidak terdapat perbedaan pendapat dalam soal tersebut. Bagaimana mungkin seorang muslim yang mengatakan bahwa bahwa tidak ada Pembuat Hukum selain Allah SWT yang diikuti kalimat “Laa ilaha illallah” dan kemudian dia memilih seseorang untuk mengesahkan pemerintahan dan hukum kufur ? Lebih baik jika tauhid setiap muslim dipergunakan untuk menjaga kesucian Allah SWT semata-mata, yaitu untuk mentaati, untuk beribadah, dan semata-mata mengikuti perintahnya.

Sebagaimana setiap muslim tahu, Allah SWT memiliki 99 nama (Asmaul Husna) kemudian ini akan membuat 99 jalan bagi seorang seseorang untuk menjadi kafir jika dia menyekutukan sesuatu atau seseorang dengan nama Allah SWT. Salah satu contoh, nama Allah SWT adalah “Al-Hakim” yang artinya Allah SWT adalah satu-satunya pembuat hukum. Dan jika anda menyetujui seseorang untuk melakukan apa yang menjadi sifat dan hak Allah SWT, maka anda akan menjadi musyrik.

Lebih jauh, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur`an :

“Barangsiapa berbuat kebaikan seberat atom (biji sawi), Allah SWT akan melihatnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan sebesar atom sekalipun, Allah akan melihatnya.” (QS, 99: 7-8)

Dalam tafsir Al-Qurthubi, tentang ayat di atas, kata “kebaikan” berdasar syariat. Dalam peryataannya tentang ayat tersebut, Abdullah Ibn Abbas r.a. berkata, jika kamu memilih itu tidak akan diterima sebagai amal baikmu, karena hal ini sama sekali bukan berdasarkan syariat. Hanya perbuatan-perbuatan yang berdasarkan syariat saja yang diterima Allah SWT dan sesungguhnya Rosulullah Muhammad SAW, teladan kita, tidak pernah memilih siapapun dalam parlemen Quraisy pada masa beliau, seperti memilih Abu Lahab atau Abu Jahal!

Insyaallah, jika seorang muslim membaca dan memahami ayat “Qul Huwallahu ahad”, maka Allah SWT akan memberi cahaya dengan sebuah pemahaman yang benar dalam hatinya, bahwa hanya Allah SWT sajalah yang menjadi pembuat hukum. Apa yang disebut syirik adalah beribadah kepada selain Al-Khaliq, mentaati atau mengikuti kepada selain-Nya. Hanya ada satu tujuan kita beribadah, mengikuti dan mentaati Allah SWT semata.

Menyekutukan sesuatu dengan Allah SWT dalam ke-Tuhanan-Nya atau fungsinya adalah syirik. Syirik juga didefinisikan sebagai “mengadakan aktivitas peribadatan kepada selain Allah SWT”. Salah satu aktivitas ibadah (selain sholat, shaum, dsb) adalah tahkim, yaitu memutuskan hukum/mengadili dalam sebuah perkara hanya dengan hukum Allah SWT semata. Jika kita bertahkim kepada thogut, yaitu menyerahkan perbuatan hukum atau memutuskan perkara dengan pengadilan atau hukum kufur adalah sebuah kemusyrikan.

Ibnu Taimiyah dalam “Majmu Al Fatawa” mendefinisikan tahkim (Al-Tahaakum) sebagai sebuah aktivitas ibadah dan berkata, jika seseorang memutuskan perkara dengan salain agama Allah SWT adalah musyrik! Jika seseorang berargumen bahwa dia tidak tahu bahwa memilih suatu kekufuran ataupun memilih orang muslim namun berideologi dan bercita-cita kufur (tidak ingin menegakan syariat Islam) adalah suatu hal yang serius, hendaknya dia mengambil pelajaran dari Abdullah bin Abbas r.a. yang berkata “Dan orang akan menjadi kafir karena ketidaktahuannya” . Sehingga hal ini dipandang sebagai syirik akbar yang tidak dapat diampuni. Naudzubilahi min dzalik!

Sebagai tambahan, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa syirik bukan hanya menyekutukan seseorang dengan Allah SWT, tapi juga bagi seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan yang hanya menjadi hak Allah SWT. Lebih jauh, bagi siapa saja yang mencoba membuat argumen palsu, alasan-alasan logis, dengan memelintir ayat-ayat ataupun memprediksi hal-hal yang sebenarnya masih ghoib (misalnya dengan mengatakan bahwa kalau kita tidak memilih pada saat ini, maka umat Islam akan dibantai, dimusnahkan dan sebagainya) agar umat memilih pada saat ini, maka kita harus mengingatkan mereka bahaw tidak satupun dari 4 Imam (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hanbal) yang mengatakan bahwa kita boleh memilih untuk kekufuran!!!

Banyak ayat yang menyangkal perbuatan ini (pemilu) dan menyatakan bahwa barangsiapa mengambil bagian dalam perbuatan pemilihan ini, maka mereka terkategorikan musyrik. Contohnya, :

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu akan memperoleh adzab yang amat pedih.”
(QS. 42 : 21)

Untuk lebih membuat yakin orang-orang yang tetap melaksanakan pemilu dan menyerahkan serta memutuskan perkara dengan kehendak dan hawa nafsu mereka, maka perhatikan firman Allah SWT berikut ini :

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan rosul-Nya, jika kamu benar-benar beriman.” (QS 4 : 59)

Juga firman-Nya :

“Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya) dan tidak seseorang pun yang dapat menolak ketetapan-Nya.” (QS 13 : 41)

Bahkan jika hukum yang ada saat ini mencoba untuk setuju atau disesuaikan dengan hukum Islam, sebagai contoh jika besak presiden terpilih berkata : “Kita harus memotong tangan pencuri”. Karena itu tidak dibuat berdasar hokum Allah SWT. Peryataan tersebut tetap masih dianggap hukum kufur! Hal tersebut berdasarkan kaidah atau prinsip Islam : “Apapun yang setuju dengan Islam adalah kufur dan apapun yang tidak setuju dengan Islam juga kufur” (kecuali Islam itu sendiri)

Akhirnya, disimpulkan bahwa sistem pemerintahan yang berlaku saat ini adalah sistem toghut, tanpa keraguan sedikit pun. Dan Allah SWT berfirman :

“Barangsiapa yang ingkar terhadap thogut dan kemudian beriman kepada Allah SWT.” (QS 2 : 256)

Hal ini termasuk menyakini bahwa sistem yang ada sekarang adalah thogut, menjaga jarak dengannya, tidak bermanis muka, tidak menjilat, dan membenci thogut, menolaknya serta memiliki rasa benci terhadapnya. Setelah memahami hal ini bagaimana seorang muslim dapat memilih atau terpilih untuk kemudian duduk dengan tawaghit (sistem kufur) ?

Wahai kaum Muslimin, tanpa kita sadari kita telah terjerumus jauh mengikuti kaum Yahudi dan Nasrani ke lubang biawak, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sebagaimana dikatakan oleh Rosulullah SAW. Naudzubillahi min dzalik. Sadarlah wahai saudaraku, sadarlah wahai kaum Muslimin….!

Ya Allah…Saksikanlah, kami telah menyampaikannnya !

Prince of Jihad - www.arrahmah.com

--------------

Artikel udah agak lama sihh,, tp masih update koq sm Pemilu yg akan segera dihadapi..
Moga memberi sedikit informasi (dan bermanfaat) :)

Dua Polisi yang Menyaksikan Eksekusi atas Sayyid Qutb

Ulama, da’i, serta para penyeru Islam yang mempersembahkan nyawanya di Jalan Allah, atas dasar ikhlash kepadaNya, sentiasa ditempatkan Allah sangat tinggi dan mulia di hati segenap manusia.

Di antara da’i dan penyeru Islam itu adalah Syuhada (insya Allah) Sayyid Qutb. Bahkan peristiwa eksekusi matinya yang dilakukan dengan cara digantung, memberikan kesan mendalam dan menggetarkan bagi siapa saja yang mengenal Beliau atau menyaksikan sikapnya yang teguh. Di antara mereka yang begitu tergetar dengan sosok mulia ini adalah dua orang polisi yang menyaksikan eksekusi matinya (di tahun 1966).

Salah seorang polisi itu mengetengahkan kisahnya kepada kita:

Ada banyak peristiwa yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya, lalu peristiwa itu menghantam kami dan merubah total kehidupan kami.

Di penjara militer pada saat itu, setiap malam kami menerima orang atau sekelompok orang, laki-laki atau perempuan, tua maupun muda. Setiap orang-orang itu tiba, atasan kami menyampaikan bahwa orang-orang itu adalah para pengkhianat negara yang telah bekerja sama dengan agen Zionis Yahudi. Karena itu, dengan cara apapun kami harus bias mengorek rahasia dari mereka. Kami harus dapat membuat mereka membuka mulut dengan cara apapun, meski itu harus dengan menimpakan siksaan keji pada mereka tanpa pandang bulu.

Jika tubuh mereka penuh dengan berbagai luka akibat pukulan dan cambukan, itu sesuatu pemandangan harian yang biasa. Kami melaksanakan tugas itu dengan satu keyakinan kuat bahwa kami tengah melaksanakan tugas mulia: menyelamatkan negara dan melindungi masyarakat dari para “pengkhianat keji” yang telah bekerja sama dengan Yahudi hina.

Begitulah, hingga kami menyaksikan berbagai peristiwa yang tidak dapat kami mengerti. Kami mempersaksikan para ‘pengkhianat’ ini sentiasa menjaga shalat mereka, bahkan sentiasa berusaha menjaga dengan teguh qiyamullail setiap malam, dalam keadaan apapun. Ketika ayunan pukulan dan cabikan cambuk memecahkan daging mereka, mereka tidak berhenti untuk mengingat Allah. Lisan mereka sentiasa berdzikir walau tengah menghadapi siksaan yang berat.

Beberapa di antara mereka berpulang menghadap Allah sementar ayunan cambuk tengah mendera tubuh mereka, atau ketika sekawanan anjing lapar merobek daging punggung mereka. Tetapi dalam kondisi mencekam itu, mereka menghadapi maut dengan senyum di bibir, dan lisan yang selalu basah mengingat nama Allah.

Perlahan, kami mulai ragu, apakah benar orang-orang ini adalah sekawanan ‘penjahat keji’ dan ‘pengkhianat’? Bagaimana mungkin orang-orang yang teguh dalam menjalankan perintah agamanya adalah orang yang berkolaborasi dengan musuh Allah?

Maka kami, aku dan temanku yang sama-sama bertugas di kepolisian ini, secara rahasia menyepakati, untuk sedapat mungkin berusaha tidak menyakiti orang-orang ini, serta memberikan mereka bantuan apa saja yang dapat kami lakukan. Dengan ijin Allah, tugas saya di penjara militer tersebut tidak berlangsung lama. Penugasan kami yang terakhir di penjara itu adalah menjaga sebuah sel di mana di dalamnya dipenjara seseorang. Kami diberi tahu bahwa orang ini adalah yang paling berbahaya dari kumpulan ‘pengkhianat’ itu. Orang ini adalah pemimpin dan perencana seluruh makar jahat mereka. Namanya Sayyid Qutb.

Orang ini agaknya telah mengalami siksaan sangat berat hingga ia tidak mampu lagi untuk berdiri. Mereka harus menyeretnya ke Pengadilan Militer ketika ia akan disidangkan. Suatu malam, keputusan telah sampai untuknya, ia harus dieksekusi mati dengan cara digantung.

Malam itu seorang sheikh dibawa menemuinya, untuk mentalqin dan mengingatkannya kepada Allah, sebelum dieksekusi.

(Sheikh itu berkata, “Wahai Sayyid, ucapkanlah Laa ilaha illa Allah…”. Sayyid Qutb hanya tersenyum lalu berkata, “Sampai juga engkau wahai Sheikh, menyempurnakan seluruh sandiwara ini? Ketahuilah, kami mati dan mengorbankan diri demi membela dan meninggikan kalimat Laa ilaha illa Allah, sementara engkau mencari makan dengan Laa ilaha illa Allah”. Pent)

Dini hari esoknya, kami, aku dan temanku, menuntun dan tangannya dan membawanya ke sebuah mobil tertutup, di mana di dalamnya telah ada beberapa tahanan lainnya yang juga akan dieksekusi. Beberapa saat kemudian, mobil penjara itu berangkat ke tempat eksekusi, dikawal oleh beberapa mobil militer yang membawa kawanan tentara bersenjata lengkap.

Begitu tiba di tempat eksekusi, tiap tentara menempati posisinya dengan senjata siap. Para perwira militer telah menyiapkan segala hal termasuk memasang instalasi tiang gantung untuk setiap tahanan. Seorang tentara eksekutor mengalungkan tali gantung ke leher Beliau dan para tahanan lain. Setelah semua siap, seluruh petugas bersiap menunggu perintah eksekusi.

Di tengah suasana ‘maut’ yang begitu mencekam dan menggoncangkan jiwa itu, aku menyaksikan peristiwa yang mengharukan dan mengagumkan. Ketika tali gantung telah mengikat leher mereka, masing-masing saling bertausiyah kepada saudaranya, untuk tetap tsabat dan shabr, serta menyampaikan kabar gembira, saling berjanji untuk bertemu di Surga, bersama dengan Rasulullah tercinta dan para Shahabat. Tausiyah ini kemudian diakhiri dengan pekikan, “ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD!” Aku tergetar mendengarnya.

Di saat yang genting itu, kami mendengar bunyi mobil datang. Gerbang ruangan dibuka dan seorang pejabat militer tingkat tinggi datang dengan tergesa-gesa sembari memberi komando agar pelaksanaan eksekusi ditunda.

Perwira tinggi itu mendekati Sayyid Qutb, lalu memerintahkan agar tali gantungan dilepaskan dan tutup mata dibuka. Perwira itu kemudian menyampaikan kata-kata dengan bibir bergetar, “Saudaraku Sayyid, aku datang bersegera menghadap Anda, dengan membawa kabar gembira dan pengampunan dari Presiden kita yang sangat pengasih. Anda hanya perlu menulis satu kalimat saja sehingga Anda dan seluruh teman-teman Anda akan diampuni”.

Perwira itu tidak membuang-buang waktu, ia segera mengeluarkan sebuah notes kecil dari saku bajunya dan sebuah pulpen, lalu berkata, “Tulislah Saudaraku, satu kalimat saja… Aku bersalah dan aku minta maaf…”

(Hal serupa pernah terjadi ketika Ustadz Sayyid Qutb dipenjara, lalu datanglah saudarinya Aminah Qutb sembari membawa pesan dari rejim thowaghit Mesir, meminta agar Sayyid Qutb sekedar mengajukan permohonan maaf secara tertulis kepada Presiden Jamal Abdul Naser, maka ia akan diampuni. Sayyid Qutb mengucapkan kata-katanya yang terkenal, “Telunjuk yang sentiasa mempersaksikan keesaan Allah dalam setiap shalatnya, menolak untuk menuliskan barang satu huruf penundukan atau menyerah kepada rejim thowaghit…”. Pent)

Sayyid Qutb menatap perwira itu dengan matanya yang bening. Satu senyum tersungging di bibirnya. Lalu dengan sangat berwibawa Beliau berkata, “Tidak akan pernah! Aku tidak akan pernah bersedia menukar kehidupan dunia yang fana ini dengan Akhirat yang abadi”.

Perwira itu berkata, dengan nada suara bergetar karena rasa sedih yang mencekam, “Tetapi Sayyid, itu artinya kematian…”

Ustadz Sayyid Qutb berkata tenang, “Selamat datang kematian di Jalan Allah… Sungguh Allah Maha Besar!”

Aku menyaksikan seluruh episode ini, dan tidak mampu berkata apa-apa. Kami menyaksikan gunung menjulang yang kokoh berdiri mempertahankan iman dan keyakinan. Dialog itu tidak dilanjutkan, dan sang perwira memberi tanda eksekusi untuk dilanjutkan.

Segera, para eksekutor akan menekan tuas, dan tubuh Sayyid Qutb beserta kawan-kawannya akan menggantung. Lisan semua mereka yang akan menjalani eksekusi itu mengucapkan sesuatu yang tidak akan pernah kami lupakan untuk selama-lamanya… Mereka mengucapkan, “Laa ilaha illah Allah, Muhammad Rasulullah…”

Sejak hari itu, aku berjanji kepada diriku untuk bertobat, takut kepada Allah, dan berusaha menjadi hambaNya yang sholeh. Aku sentiasa berdoa kepada Allah agar Dia mengampuni dosa-dosaku, serta menjaga diriku di dalam iman hingga akhir hayatku.



Diambil dari kumpulan kisah: “Mereka yang kembali kepada Allah”
Oleh: Muhammad Abdul Aziz Al Musnad
Diterjemahkan oleh Dr. Muhammad Amin Taufiq.

Courtesy: Al Firdaws English Forum


-Forum Jihad al Tawbah-

Jumat, 06 Februari 2009

Kisah Semangat Jihad Anak-anak Pada Zaman Rasulullah SAW

Kisah Semangat Jihad Anak-anak Pada Zaman Rasulullah SAW
Percakapan dan perbualan para sahabat Rasulullah (saw) mengenai jihad sedemikian rupa, sehingga hal itu sangat berpengaruh kepada cita2 dan semangat juang anak2 mereka. Jika hari ini anak2 kita berbincang hal2 kosong tentang tokoh2 fiktif yang tidak ada kaitannya dengan aqidah mereka, maka perbincangnan diantara anak2 para sahabat adalah keberanian dan tanggung jawab orangtua2 mereka dalam meninggikan kalimah Allah (swt).

Sedemikian rupa keadaan mereka, sehingga setiap dari mereka ingin segera terlibat bersama orang2 dewasa dalam memperjuangkan agama mereka. Meskipun mereka belum lagi mencapai usia baligh, akan tetapi sepak terjang mereka yang heroik telah menjadi kisah2 abadi yang menjadi teladan bagi orang2 di belakang hari. Bukan saja terhadap anak2 kita, akan tetapi juga menjadi teladan bagi orang2 dewasa, bagaimana seharusnya kita bersikap dalam memperjuangkan agama ini.

Sedemikian rupa keadaannya, maka hampir menjadi kebiasaan Rasulullah (saw) untuk meminta kepada mereka yang siap keluar jihad, untuk berparade dalam suatu barisan. Hal itu selain sesuai dengan kehendak Allah (swt) [1], juga agar Rasulullah (saw) dapat memastikan bahwa tidak ada anak2 di bawah umur yang turut serta bersama mereka.

Demikian pula halnya pada hari2 menjelang perang Uhud. Nabi (saw) terpaksa meredam semangat jihad anak2 dengan cara mengembalikan mereka ke rumah2 orangtua mereka masing2. Diantara mereka adalah Abdullah bin Umar (ra), Zaid bin Tsabit (ra), Usamah bin Zaid (ra), Zaid bin Arqam (ra), Barra bin Azib (ra), Amr bin Hizam (ra), Usaid bin Zhuhair (ra), Urabah bin Aus (ra), Abu Sa'id al Khudri (ra), Samurah bin Jundub (ra) dan Rafi' bin Khadij (ra).

Tentu saja, anak2 tersebut merasa sangat kecewa. Dan melihat kekecewaan anaknya, maka Khadij (ra) berusaha untuk membela anaknya agar dia tetap dapat pergi ke medan perang. Khadij (ra) berkata, "Rafi' anak saya ini pandai memanah." Dan seiring dengan pembelaan ayahnya tersebut, dengan semangat baja, Rafi' menjijitkan kakinya agar terlihat lebih tinggi. Dan selanjutnya Rasulullah (saw) mengizinkan Rafi' bin Khadij (ra) ikut berperang.

Melihat keberhasilan Rafi' (ra), maka Samurah bin Jundub (ra) merayu ayah tirinya, Murrah bin Sinan (ra), "Ayah, Rafi' diperbolehkan ikut berperang, sedangkan saya tidak, padahal saya lebih kuat daripadanya. Jika adu tanding, pasti saya dapat mengalahkannya."

Rasulullah (saw) memperkenankan usulannya, sehingga keduanya ditandingkan di hadapan beliau. Ternyata Samurah bin Jundub (ra) dapat mengalahkan Rafi' bin Khadij (ra). Kemudian Samurah diizinkan beliau untuk ikut berperang.

Pertandingan itu benar2 membangkitkan semangat anak2 yang lain, sehingga banyak diantara mereka yang kembali mengajukan permohonan kepada Nabi (saw) agar mereka diijinkan untuk ikut berperang. Bagaimanapun akhirnya Nabi (saw) hanya membenarkan beberapa anak saja yang dapat menyertai peperangan ini. Subhanallah.


Catatan kaki:
[1] "Sesungguhnya Allah menyukai orang2 yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur se-akan2 mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (Qs ash Shaff 61:4).

Disarikan dari Subhan Ibn Abdullah, Pattaya, 15/04/2005


sumber :kebun hikmah

-------------

subhanalloh.. ^^
merasa tertinggal jauuuhhhh

Dicari: Muka Baru di Kursi Presiden

Pemilihan umum tinggal lima bulan lagi. Namun pemimpin dambaan ummat belum juga muncul. Kepada siapa ummat berharap?



Supangat benar-benar pusing. Awal pekan lalu anak sulungnya yang duduk di bangku kelas dua SLTP, meminta uang untuk membayar tunggakan SPP. Adiknya yang masih kelas V SD juga menagih janjinya. Seminggu lalu, lelaki itu berjanji akan melunasi uang ekstrakurikuler yang diminta anaknya. “Tinggal saya yang belum bayar, Pak. Saya malu,” kata sopir taksi itu menirukan ucapan anaknya, pekan lalu.

Tapi lelaki itu hanya bisa mengelus dada. Tak ada uang sepeser pun mampir di koceknya, kecuali sekadar untuk mengepulkan asap dapur. Sudah seminggu ini setorannya ke pool tak mencapai target. Selain kemacetan Jakarta makin tak pilih waktu, orang pun makin jarang naik taksi butut yang dikendarainya. “Kayaknya orang pada segen naik taksi saya kecuali kepepet,” ujarnya pelan.

Kesempitan hidup tak urung membuat Supangat apatis. Ia mengaku pusing memikirkan persoalan politik. Pemilu tinggal lima bulan, tapi ia merasa kenduri politik nasional itu tak punya greget. Meski para calon presiden mulai rajin tampil dalam kampanye di televisi, ia mengaku tak tertarik. “Buat saya, siapa saja presidennya terserah, yang penting aman, barang kebeli, beras murah, dan anak-anak bisa sekolah,” kata lelaki asal Tegal itu.

Harapan Supangat tampaknya perlu dicamkan para calon presiden yang bakal bertarung dalam pemilu nanti. Sebab, apatisme tak hanya melanda masyarakat kelas bawah. Para eksekutif yang berkantor di sepanjang jalan utama Ibukota pun terjangkit penyakit serupa. “Saya nggak punya gambaran tentang siapa presiden kita nanti,” kata Suryana, seorang manajer di sebuah perusahaan asing di kawasan Kuningan.

Bagi ummat Islam, urusan memilih presiden menjadi perkara yang sangat pelik. Sebab, hingga kini belum ada calon pemimpin yang sesuai dengan kriteria ummat Islam. “Saya lihat, belum ada calon presiden yang benar-benar mampu mengayomi aspirasi mayoritas ummat,” kata mantan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA), KH Cholil Badawi, beberapa waktu lalu.

Kerinduan akan pemimpin ummat yang mampu mengayomi dan menjamin stabilitas politik dan ekonomi memang bukan basa-basi. Sayang, kandidat presiden yang diperkirakan bakal mampu memenuhi harapan mereka masih belum juga muncul. Beberapa kandidat yang muncul rata-rata muka-muka lama yang kartunya sudah banyak terbaca selama orde reformasi ini berjalan.



Bursa Muka Lama



Dibandingkan para kandidat lainnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono jelas punya kans yang lebih besar. Selain didukung Partai Demokrat, posisinya sebagai calon incumbent jelas sangat strategis untuk berupaya kembali menduduki kursi empuk kepresidenan. Dukungan birokrat dan aparat, meski telah mengklaim diri netral, mau tak mau akan tetap terasa. Dalam berbagai poling, SBY pun masih tetap bertengger di urutan pertama.

Sebagai Presiden, SBY yang memang hobi tampil di depan publik tentu lebih banyak muncul di media ketimbang calon-calon lain. Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, ia pun akan dianggap lebih banyak berbuat dari kandidat lain. Tapi, perlambatan ekonomi belakangan ini menurut berbagai pengamat politik dan ekonomi telah memurukkan citra SBY. “Masyarakat mulai merasa pesimis terhadap kondisi ekonomi nasional di bawah SBY-JK,” kata pengamat politik UI, Arbi Sanit.

Bagi umat Islam, SBY juga bukan pilihan yang menarik. Sebab, jenderal lulusan General Staff and College di Fort Leavenworth, Amerika Serikat ini sering tampil ragu. SBY pun sering terlihat lembek di hadapan Paman Sam. Berbagai kebijakannya juga dinilai tak berpihak kepada ummat, seperti keengganan dia membubarkan Ahmadiyah serta hobi kleniknya yang cukup gawat. Semua itu membuat nama SBY semakin jauh dari mata ummat.

Calon presiden yang paling siap menyaingi SBY adalah Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Mega kini rajin turun ke bawah sambil memoles performancenya. Tampaknya ia belajar dari kesalahan saat dikalahkan SBY, lima tahun lalu. Ia pun mulai rajin mendekati kantong-kantong ummat dan mendirikan Baitul Muslimin Indonesia (BMI) yang disetting sebagai sayap Islam Nasionalis PDIP.

Namun, manuver Mega di kalangan ummat Islam bukan tak mengundang kecurigaan. Sebab, selama ini PDIP justru sering menghempang aspirasi ummat Islam, seperti upaya PDIP menggagalkan pengesahan RUU Antipornografi dan Pornoaksi. Sebagian ummat Islam pun masih meragukan komitmen dan keabsahan Mega sebagai calon presiden. “Wanita tidak boleh menjadi kepala negara,” kata Ustadz Syamsuddin Ramadhan dari Hizbut Tahrir Indonesia.

Kandidat lain yang cukup potensial adalah Pemimpin Partai Gerindra Prabowo Subianto. Menjelang Pemilu 2009, intensitas iklan Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani dan Nelayan (HKTI) itu di televisi, makin kencang. Kampanye Prabowo lewat iklan ini pun berdampak positif bagi popularitas bekas menantu mantan Presiden Soeharto itu. “Popularitas Prabowo kini mencapai 7,8 persen,” kata Direktur Eksekutif Reform Institute Yudi Latief.

Prabowo memang pernah dikenal sebagai “Kepala Suku” “TNI Hijau” yang dekat dengan Islam. Kedekatan dia dengan beberapa kelompok Islam pula yang ditengarai menjadi salah satu sebab putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini diganjal karier militernya. Ia “kalah perang” dengan mantan Panglima TNI Jenderal Wiranto yang dianggap representasi pemimpin TNI “Merah Putih”.

Namun kini, beberapa kelompok Islam mempertanyakan Prabowo. Sebab, partainya –Partai Gerindra— meski sebagian diawaki mantan aktifis Islam, namun juga merekrut banyak kader kiri dan non muslim sebagai pengurus dan calon legislatif. Prabowo pun seolah trauma dengan kelompok Islam sehingga ia memilih berada di tengah semua pihak. Keberpihakannya kepada umat Islam yang ingin menegakkan syariat pun masih menjadi tanda tanya.

Kandidat lain yang rajin beriklan di koran dan televisi adalah Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat, Jenderal Wiranto. Tema iklannya sering menyentil kebijakan pemerintahan Presiden SBY, terutama soal harga BBM, dan ajakan agar rakyat tidak memilih pemimpin yang sering mengingkari janji dan ucapannya sendiri. Gara-gara iklan itu, SBY terpaksa harus beberapa kali berkomentar.

Wiranto juga semakin rajin menggalang dukungan ke berbagai daerah, termasuk ke kantong-kantong ummat. Ia hanya meneruskan langkah yang disusunnya sejak masih menjadi Panglima TNI dan calon presiden Golkar dalam pemilu lalu. Ia pun cukup dekat dengan beberapa kelompok Islam, seperti Partai Keadilan sejahtera. Selain sebagian faksi PKS mendukung dia dalam pemilu presiden putaran pertama pada 2004, kedua anak dan menantunya pun aktif di PKS.

Namun, hubungan Wiranto dengan PKS kini tak lagi seindah dulu. Ada yang membuat Wiranto kurang sreg pada beberapa elit PKS yang dinilainya kurang amanah, terutama soal uang. “Untuk PKS saja habis banyak. Pak Wiranto bilang, sampai Rp 35 milyar,” kata mantan Anggota DPR Ahmad Sumargono dua pekan lalu. Kini, di saat partai-partai Islam ragu mendukung Wiranto, PKS pun seolah enggan berjalan seiring dengan Hanura.

Sri Sultan Hamengku Buwono X belakangan dijagokan sebagai calon kuda hitam. Popularitasnya terus meningkat setelah dua bulan lalu mendeklarasikan tekadnya untuk maju menjadi calon presiden. Menurut hasil poling Reform Institue, elektibilitas Sultan kini mencapai 10 persen. Semboyan “Apa Bisa Tahan...” yang dipakai Sultan sebagai simbol tekadnya untuk mengentaskan kesengsaraan rakyat dinilai sukses.

Namun hingga kini belum ada kejelasan sikap kelompok Islam untuk mendukung Sultan. Sebab, Gubernur DIY ini kurang dekat dengan ummat, sementara aroma klenik tercium keras ketika ia memastikan diri untuk mencalonkan diri sebagai presiden. “Katanya beliau mendapat dawuh,” kata pengamat budaya Jawa, MT Arifin. Yang lebih gawat, sumber SI memastikan bahwa di belakang Sultan ada Paman Sam. “Kuat dugaan, pendukung Sultan terutama Garin Nugroho, adalah agen Amerika,” kata sumber tadi.



Apa Kabar Tokoh Ummat?



Di kalangan organisasi Islam ada pula beberapa nama yang muncul. Dari PKS, ada 8 kandidat yang dielus-elus, meski hanya Ketua Umum MPR Hidayat Nurwahid yang punya kans. Dari PAN mantan Ketua MPR Amien Rais masih layak diharapkan, dari PPP ada Ketua Umum sekaligus Menteri Koperasi dan Pengusaha Kecil Suryadharma Ali, sementara dari PBB Ketua Dewan Syuro Yusril Ihza Mahendra. Meski kandas dalam verivikasi, PKB Ciganjur masih ingin mengusung KH Abdurrahman Wahid.

Meski sebagian konstituen telah mengharapkan Hidayat maju sebagai calon presiden, tapi tampaknya PKS justru masih menunggu angin baik. “Kita masih terus menggodog delapan calon itu,” kata Presiden PKS Tifatul Sembiring beberapa waktu lalu. PAN juga belum memastikan calonnya. Selain Amien, Ketua Umum PAN Sutrisno Bachir pun berambisi menjadi calon presiden. Sementara itu, Partai Matahari Bangsa konon berniat mendukung Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin.

Partai Bulan Bintang memang telah mengelus-elus Yusril. Namun perolehan suara mereka di tahun 2004 yang tidak masuk electoral treshold memaksa mereka berpikir realistis. Demikian juga PPP jika berencana mengusung Suryadharma Ali. Sebab, beberapa pengamat politik menilai PPP telah menjadi partai orang tua, walaupun masih punya captif market. Pemilih PPP diduga akan semakin menurun. Mereka juga belum bisa mewakili mayoritas ummat Islam di Indonesia.

Di luar para tokoh-tokoh partai dan organisasi Islam itu sebenarnya masih ada beberapa tokoh umat yang cukuo dikenal masyarakat. Dari kalangan tokoh senior ada sesepuh pesantren Langitan, KH Abdullah Faqih, sesepuh Pesantren Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, tokoh ulama Betawi KH Abdul Rasyid Abdullah Syafi’i, Ketua Umum MUI KH Sahal Mahfudz, Ketua MUI KH Ali Yafie, Ketua MUI KH Ma’ruf Amien dan sebagainya.

Sementara itu, dari kalangan tokoh Islam yang lebih muda lagi, ada Ketua Umum FPI Habib Riziq Shihab, Sekjen FUI Muhammad Al Khaththath, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Ismail Yusanto, ada pula Komandan Laskar Islam Munarman, pemimpin jamaah dzikir Ustadz Arifin Ilham, pemimpin pesantren Darut Tauhid Bandung Ustadz Abdullah Gymnastiar, dan sebagainya. Tapi tampaknya, ummat masih juga belum sepakat untuk memilih dan mendukung para tokoh itu sebagai pemimpin ummat.

Mantan Wakil Ketua DPA Cholil Badawi mengaku gundah dengan ketidakpastian soal pemimpin nasional mendatang. Apalagi dari tokoh yang memiliki keberpihakan kepada ummat. Menurut dia, hingga saat ini belum ada seorang pemimpin di negeri ini yang memiliki kualitas lengkap. Padahal, kepemimpinan bukan perkara sembarangan. “Sampai kapan kita masih harus terus menunggu,” ujarnya. (Abu Zahra/mj/www.suara-islam.com)

------------

muka baru/lama sama aja.. sepertinya bukan orangnya yg diganti, tp sistemnya.. :P

Izinkan Aku Bercerita Tentangmu…

Jangan pernah lelah wahai Mujahidku
Karena ku kan senantiasa dibelakangmu untuk mendukungmu
Jangan kau tengok ke belakang, lihatlah kedepan
Didepan ada musuhmu, musuh Tuhan kita
Jadikan mereka terhina dengan kekuatanmu
Janganlah ragu untuk melepaskan peluru dari selongsong senapanmu
Bidiklah tepat dijantungnya
Jadikan ia mati sia-sia, tak memberi kemenangan bagi sekutunya
Maju terus jangan pernah menyerah
Lepaskanlah duniamu
Karena sungguh dunia ini hina
Sesungguhnya disisi Tuhan kitalah sebenar-benarnya kebahagiaan
Ingatlah isteri-isteri akhiratmu menunggumu dengan penuh cinta
Mereka senantiasa mendendangkan syair kerinduan
Hanya untukmu, hanya untukmu..

Disaat kau pulang dengan membawa kemenangan
Maka janganlah kau merasa puas hingga Allah memenangkan agama ini atau kau menemui syahid dimedan itu
Dua pilihan yang menguntungkan, bukan?
Siapakah yang tidak suka dengan perniagaan demikian?
Sungguh merugi bagi orang yang membeli kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat
Bukankah kau tidak demikian?

Kau sering bercerita kepadaku tentang indahnya syurga
Dengan berbagai kenikmatan didalamnya
Dan akupun mendengarkan dengan seksama
Betapa indahnya jika kita termasuk penghuni didalamnya
Menuai keridhaan-Nya selamanya

Wahai Mujahidku.. aku sering melihatmu bercucuran air mata
Dan seketika itu kau tersungkur bersujud
Memanjatkan sebuah doa
Aku tak bisa mendengarnya karena suaramu tertahan oleh gejolak didadamu
Namun ku tau
Itu adalah gemuruh kerinduanmu padanNya
dan kau memohon untuk bisa membela saudara-saudaramu dari para Thagut kaum kuffar
mengembalikan izzah mereka

wahai Kekasihku.. ku kan senantiasa berdoa untuk mu agar harapanmu terpenuhi
untuk bisa kembali ke medan pertempuran itu
sungguh aku ridha jika harus dua kali atau bahkan berulang kali ditinggal olehmu
meski kerinduanku belumlah pupus
meski sajadahku belumlah kering karena banyaknya air mata kerinduan mengharap hadirmu disisiku
meski hari-hariku kan kembali sepi oleh canda dan petuahmu

meski kau tak lagi mengimamiku shalat
meski kau tak akan menyakasikan kehadiran Mujahid kecilmu menghirup udara kehidupan
aku ridha, sungguh aku ridha
asalkan Rabb kita memperkenankan kita bersua dan berkumpul di JannahNya
untuk selamanya
Jika kita tak berjumpa kembali
Maka kan ku semai cintamu disyurga
Dalam istana takwa

senyumku mengembang jika ku membayangkannya(syurga)
namun ku tak bisa menyembunyikan rasa cemburuku pada bidadari bermata jeli
yang akan membagi kasihmu dengan ku
kecantikan mereka tiada tandingan
meski kau selalu menyanjungku tiap pagi dan malam hari
namun seperti yang kau tau aku adalah wanita pecemburu
jiaka rasa itu menyerang maka aku kan mengingat kata-katamu
“kecantikan bidadari memang tiada duanya namun wanita dunia lebih mulia dan tiada tandingannya karena mereka bersusah payah beribadah sewaktu didunia
Dan seketika itu pula hatiku riang
Ahhh..kau selalu mengerti bagaimana caranya membuatku senang

Wahai pujaanku..tiada berita yang lebih kusukai selain berita tentang kesyahidanmu
Oleh karena itu janganlah berhenti untuk mengharap syahadah pada-Nya
Mudah-mudahan Allah melapangkan jalanmu menujuNya
Kau ingat bukan Rabb kita telah berfirman
"Barang siapa menolong agamanya maka dia akan menolongnya pula"
Yakinlah itu

Wahai kekasih hati..jangan pernah ragu untuk meninggalkanku kembali
Jangan fikirkan aku
Karena ku kan baik-baik saja
Ku kan setangguh isteri Handzalah
yang merelakan malam pengantinya untuk memenuhi seruan-Nya
Kan kutopang hidupku tanpamu
Karena kini ku telah terbiasa
Kau yang mengajarkannya padaku, bukan?
Bukankah kita telah berkomitmen dari awal perjumpaan
dan saat ijab Kabul diucapkan
untuk mendirikan bangunan kasih kita diatas jalanNya
hingga syahid menjemput?
Kita tau perjumpaan didunia adalah sementara
Karenanya kita memohon perjumpaan yang kekal
Hingga kau dan aku tak terpisahkan lagi oleh ruang dan waktu
Allaahumma Amiin

Salam rinduku untuk mu selalu

Aisyah-mu

-----

(dari seorang teman)

mempersiapkan diri untuk hal terburuk.. hmm.. sebenarnya bukan hal terburuk, tapi terindah.. :)
 

Site Info

Followers

Tidak Ada Dien Yang Diridhai Allah Selain Islam Copyright © 2010 HN-newby L-F is Designed by ri-cka
In Collaboration with smooTBuuz