Rabu, 25 Maret 2009

Telunjuk yang Bersyahadat




Ulama, da’i, serta para penyeru Islam yang mempersembahkan nyawanya di Jalan Allah, atas dasar ikhlas kepadaNya, senantiasa ditempatkan Allah sangat tinggi dan mulia di hati segenap manusia.

Di antara da’i dan penyeru Islam itu adalah Syuhada (insya Allah) Sayyid Qutb. Bahkan peristiwa eksekusi matinya yang dilakukan dengan cara digantung, memberikan kesan mendalam dan menggetarkan bagi siapa saja yang mengenal Beliau atau menyaksikan sikapnya yang teguh. Di antara mereka yang begitu tergetar dengan sosok mulia ini adalah dua orang polisi yang menyaksikan eksekusi matinya (di tahun 1966).

Salah seorang polisi itu mengetengahkan kisahnya kepada kita:

Ada banyak peristiwa yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya, lalu peristiwa itu menghantam kami dan merubah total kehidupan kami.

Di penjara militer pada saat itu, setiap malam kami menerima orang atau sekelompok orang, laki-laki atau perempuan, tua maupun muda. Setiap orang-orang itu tiba, atasan kami menyampaikan bahwa orang-orang itu adalah para pengkhianat negara yang telah bekerja sama dengan agen Zionis Yahudi. Karena itu, dengan cara apapun kami harus bias mengorek rahasia dari mereka. Kami harus dapat membuat mereka membuka mulut dengan cara apapun, meski itu harus dengan menimpakan siksaan keji pada mereka tanpa pandang bulu.

Jika tubuh mereka penuh dengan berbagai luka akibat pukulan dan cambukan, itu sesuatu pemandangan harian yang biasa. Kami melaksanakan tugas itu dengan satu keyakinan kuat bahwa kami tengah melaksanakan tugas mulia: menyelamatkan negara dan melindungi masyarakat dari para “pengkhianat keji” yang telah bekerja sama dengan Yahudi hina.

Begitulah, hingga kami menyaksikan berbagai peristiwa yang tidak dapat kami mengerti. Kami mempersaksikan para ‘pengkhianat’ ini sentiasa menjaga shalat mereka, bahkan sentiasa berusaha menjaga dengan teguh qiyamullail setiap malam, dalam keadaan apapun. Ketika ayunan pukulan dan cabikan cambuk memecahkan daging mereka, mereka tidak berhenti untuk mengingat Allah. Lisan mereka sentiasa berdzikir walau tengah menghadapi siksaan yang berat.

Beberapa di antara mereka berpulang menghadap Allah sementar ayunan cambuk tengah mendera tubuh mereka, atau ketika sekawanan anjing lapar merobek daging punggung mereka. Tetapi dalam kondisi mencekam itu, mereka menghadapi maut dengan senyum di bibir, dan lisan yang selalu basah mengingat nama Allah.

Perlahan, kami mulai ragu, apakah benar orang-orang ini adalah sekawanan ‘penjahat keji’ dan ‘pengkhianat’? Bagaimana mungkin orang-orang yang teguh dalam menjalankan perintah agamanya adalah orang yang berkolaborasi dengan musuh Allah?

Maka kami, aku dan temanku yang sama-sama bertugas di kepolisian ini, secara rahasia menyepakati, untuk sedapat mungkin berusaha tidak menyakiti orang-orang ini, serta memberikan mereka bantuan apa saja yang dapat kami lakukan. Dengan ijin Allah, tugas saya di penjara militer tersebut tidak berlangsung lama. Penugasan kami yang terakhir di penjara itu adalah menjaga sebuah sel di mana di dalamnya dipenjara seseorang. Kami diberi tahu bahwa orang ini adalah yang paling berbahaya dari kumpulan ‘pengkhianat’ itu. Orang ini adalah pemimpin dan perencana seluruh makar jahat mereka. Namanya Sayyid Qutb.

Orang ini agaknya telah mengalami siksaan sangat berat hingga ia tidak mampu lagi untuk berdiri. Mereka harus menyeretnya ke Pengadilan Militer ketika ia akan disidangkan. Suatu malam, keputusan telah sampai untuknya, ia harus dieksekusi mati dengan cara digantung.

Malam itu seorang sheikh dibawa menemuinya, untuk mentalqin dan mengingatkannya kepada Allah, sebelum dieksekusi.

(Sheikh itu berkata, “Wahai Sayyid, ucapkanlah Laa ilaha illa Allah…”. Sayyid Qutb hanya tersenyum lalu berkata, “Sampai juga engkau wahai Sheikh, menyempurnakan seluruh sandiwara ini? Ketahuilah, kami mati dan mengorbankan diri demi membela dan meninggikan kalimat Laa ilaha illa Allah, sementara engkau mencari makan dengan Laa ilaha illa Allah”. Pent)

Dini hari esoknya, kami, aku dan temanku, menuntun dan tangannya dan membawanya ke sebuah mobil tertutup, di mana di dalamnya telah ada beberapa tahanan lainnya yang juga akan dieksekusi. Beberapa saat kemudian, mobil penjara itu berangkat ke tempat eksekusi, dikawal oleh beberapa mobil militer yang membawa kawanan tentara bersenjata lengkap.

Begitu tiba di tempat eksekusi, tiap tentara menempati posisinya dengan senjata siap. Para perwira militer telah menyiapkan segala hal termasuk memasang instalasi tiang gantung untuk setiap tahanan. Seorang tentara eksekutor mengalungkan tali gantung ke leher Beliau dan para tahanan lain. Setelah semua siap, seluruh petugas bersiap menunggu perintah eksekusi.

Di tengah suasana ‘maut’ yang begitu mencekam dan menggoncangkan jiwa itu, aku menyaksikan peristiwa yang mengharukan dan mengagumkan. Ketika tali gantung telah mengikat leher mereka, masing-masing saling bertausiyah kepada saudaranya, untuk tetap tsabat dan shabr, serta menyampaikan kabar gembira, saling berjanji untuk bertemu di Surga, bersama dengan Rasulullah tercinta dan para Shahabat. Tausiyah ini kemudian diakhiri dengan pekikan, “ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD!” Aku tergetar mendengarnya.

Di saat yang genting itu, kami mendengar bunyi mobil datang. Gerbang ruangan dibuka dan seorang pejabat militer tingkat tinggi datang dengan tergesa-gesa sembari memberi komando agar pelaksanaan eksekusi ditunda.

Perwira tinggi itu mendekati Sayyid Qutb, lalu memerintahkan agar tali gantungan dilepaskan dan tutup mata dibuka. Perwira itu kemudian menyampaikan kata-kata dengan bibir bergetar, “Saudaraku Sayyid, aku datang bersegera menghadap Anda, dengan membawa kabar gembira dan pengampunan dari Presiden kita yang sangat pengasih. Anda hanya perlu menulis satu kalimat saja sehingga Anda dan seluruh teman-teman Anda akan diampuni”.

Perwira itu tidak membuang-buang waktu, ia segera mengeluarkan sebuah notes kecil dari saku bajunya dan sebuah pulpen, lalu berkata, “Tulislah Saudaraku, satu kalimat saja… Aku bersalah dan aku minta maaf…”

(Hal serupa pernah terjadi ketika Ustadz Sayyid Qutb dipenjara, lalu datanglah saudarinya Aminah Qutb sembari membawa pesan dari rejim thowaghit Mesir, meminta agar Sayyid Qutb sekedar mengajukan permohonan maaf secara tertulis kepada Presiden Jamal Abdul Naser, maka ia akan diampuni. Sayyid Qutb mengucapkan kata-katanya yang terkenal, “Telunjuk yang sentiasa mempersaksikan keesaan Allah dalam setiap shalatnya, menolak untuk menuliskan barang satu huruf penundukan atau menyerah kepada rejim thowaghit…”. Pent)

Sayyid Qutb menatap perwira itu dengan matanya yang bening. Satu senyum tersungging di bibirnya. Lalu dengan sangat berwibawa Beliau berkata, “Tidak akan pernah! Aku tidak akan pernah bersedia menukar kehidupan dunia yang fana ini dengan Akhirat yang abadi”.

Perwira itu berkata, dengan nada suara bergetar karena rasa sedih yang mencekam, “Tetapi Sayyid, itu artinya kematian…”

Ustadz Sayyid Qutb berkata tenang, “Selamat datang kematian di Jalan Allah… Sungguh Allah Maha Besar!”

Aku menyaksikan seluruh episode ini, dan tidak mampu berkata apa-apa. Kami menyaksikan gunung menjulang yang kokoh berdiri mempertahankan iman dan keyakinan. Dialog itu tidak dilanjutkan, dan sang perwira memberi tanda eksekusi untuk dilanjutkan.

Segera, para eksekutor akan menekan tuas, dan tubuh Sayyid Qutb beserta kawan-kawannya akan menggantung. Lisan semua mereka yang akan menjalani eksekusi itu mengucapkan sesuatu yang tidak akan pernah kami lupakan untuk selama-lamanya… Mereka mengucapkan, “Laa ilaha illah Allah, Muhammad Rasulullah…”

Sejak hari itu, aku berjanji kepada diriku untuk bertobat, takut kepada Allah, dan berusaha menjadi hambaNya yang sholeh. Aku sentiasa berdoa kepada Allah agar Dia mengampuni dosa-dosaku, serta menjaga diriku di dalam iman hingga akhir hayatku.

Diambil dari kumpulan kisah: “Mereka yang kembali kepada Allah”
Oleh: Muhammad Abdul Aziz Al Musnad
Diterjemahkan oleh Dr. Muhammad Amin Taufiq.

Mencermati Aliran-Aliran Sesat -Berdasarkan Al Quran dan Al Sunnah-


Pengantar: KH. DR. Miftah Faridl (Ketua MUI Bandung)
--------------------------------------

Saling menuduh sesat tidak asing lagi di kalangan umat Islam, etrutama aktifis dakwah. Hal ini akibat dari perpecahan. Mengapa mereka berpecah belah? Apabila sesama muslim saling menuduh sesat, siapa hakim yang menentukan kelompok mana yang sesat dan tidak sesat? Apa ukuran suatu kelompok disebut sesat?

Buku ini mengupas tuntas kelompok mana yang sebenarnya dikatakan sesat. Karena dalam buku ini dibahas secara tuntas standar atau ukuran kesesatan seseorang atau kelompok berdasarkan Al Quran dan AL Sunnah. Mungkin saja kelompok atau institusi yang gencar menuduh sesat yang sebenarnya sesat, karena didasari berbagai kepentingan. Atau sebaliknya, kelompok yang dituduh sesat ternyata adalah kelompok yang "mendapat petunjuk".

Isinya mencakup standar dan ukuran kebenaran, kriteria "jalan yang lurus", kriteria aliran sesat dalam bidang akidah, syariah maupun ijtihad. Organisasi atau jama`ah sesat menurut al Quran beserta kelompok aliran sesat dalam Islam (munafiq, fasiq, musyrikin dll). Tidak lupa membahas pula kriteria organisasi Jalan Yang Lurus berdasarkan tujuan, azas/landasan idiil-operasional, legitimasi, serta konsekuensinya.

Break a Leg!!!! Buku yang sangat bagus, dan sangat berbeda penyampaiannya bila dibandingkan dengan buku sejenis yang pernah saya baca (Virus-virus Syariat, ArRahmah Media dan WAMY) tapi sayang buku ini tidak dijual bebas :D

Jumat, 06 Maret 2009

10 Hal Yang Perlu Anda Ketahui Tentang Propaganda

1 - Menyajikan fakta (kebenaran) bukan berarti terlepas dari yang namanya propaganda; propaganda berkembang pesat dalam menyajikan berbagai jenis kebenaran, termasuk fakta yang hanya mengandung setengah kebenaran, fakta yg sama sekali tidak benar, fakta yang terbatas, lepas dari konteks kebenaran itu sendiri. Propaganda modern yang paling efektif adalah ketika propaganda tersebut menyajikan informasi seakurat mungkin. Menyajikan Kedustaan yang besar atau Kebohongan Tinggi merupakan bentuk propaganda yang paling tidak efektif.

2 - Propaganda tidaklah begitu banyak didesign untuk mengubah pendapat sebanyak sebagaimana ia didesign untuk memperkuat pendapat, prasangka dan sikap yang ada. Propaganda yang paling berhasil adalah propaganda yang akan mendorong manusia untuk beraksi atau sebaliknya memperkuat sesuatu yang tadinya sudah diyakini oleh manusia sebagai kebenaran, kemudian dijadikan sedemikian hingga orang itu tidak lagi mempercayai kebenaran tersebut dan menjadikannya malas melakukan kebenaran yang sebelumnya telah ia yakini.

3 - Pendidikan tidaklah memerlukan perlindungan maksimal melawan propaganda. Para cendikiawan dan mereka "yang berpendidikan" merupakan komponen yang paling ringkih terhadap kampanye propaganda, karena mereka:

1. cenderung menyerap kebanyakan informasi (termasuk informasi dari tangan kedua, kabar dari orang, desas-desus, dan informasi yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya);
2. terpaksa memiliki pendapat atas hal-hal yang terjadi pada suatu hari tertentu dan hingga dengan begitu mereka mengekspos pendapatnya sendiri lebih daripada pendapat-pendapat orang lain dan mengkampanyekan propaganda; dan
3. menganggap diri mereka sendiri bebas dari pengaruh propaganda, dengan cara demikian mereka telah membuat diri mereka sendiri lebih rentan terhadap propaganda.


4 - Apa yang membuat penelitian mengenai propaganda menjadi demikian meragukan adalah bahwa secara umum hal tersebut dianggap sebagai penelitian sisi yang lebih gelap dari sifat kami; penelitian mengenai kejahatan mereka lawan sisi baik kami. Mereka yang kami pertimbangkan sebagai kejahatan yang berkembang pesat dalam propaganda, sementara kami hanya menyebarkan kebenaran saja. Cara terbaik untuk mempelajari propaganda adalah dengan memisahkan pertimbangan-pertimbangan etis seseorang dari fenomena gejala itu sendiri. Propaganda berkembang pesat dan eksis, demi kepentingan etis dan tidak etis.

5 - Propaganda mencoba mengubah pendapat umum, khususnya untuk menjadikan orang agar menyesuaikan diri terhadap sudut pandang propagandis. Dalam segi ini, propaganda manapun merupakan suatu bentuk manipulasi, untuk merubah aktivitas individu menjadi aktivitas khusus.

6 - Bentuk-bentuk komunikasi Modern, termasuk media massa, merupakan alat-alat propaganda. Tanpa pemusatan monopoli media massa, bisa dipastikan tidak ada terjadi propaganda modern. Untuk propaganda agar berkembang pesat, media harus tetap terpusat, kantor berita dan layanannya harus dibatasi, pers harus berada di bawah pimpinan pusat, dan radio, film, dan monopoli televisi harus meliputi semuanya.

7 - Setiap orang harus peduli terhadap yang namanya propaganda, keterbatasannya, kekuatannya, pengaruhnya, dan kualitas persuasifnya, manakala seseorang menguasainya. Dengan mengatakan bahwa "seseorang bebas dari pengaruh propaganda" justru itu merupakan suatu tanda pasti bahwa propaganda tersebut telah tersebar dalam masyarakat.

8 - Propaganda Modern bermula di negara berhukum thoghut Amerika Serikat pada awal Abad 20-an. Selama Perang Dunia I, media massa diintegrasikan dengan metode hubungan masyarakat dan periklanan demi mengadvokasi dan membiayai bantuan untuk perang. Dewan Kembu mendirikan kampanye humas Amerika pertama untuk menyebarkan dan menebarkan ajaran injil dengan cara Amerika ke seluruh penjuru bola dunia.

9 - Di Negara thoghut Amerika Serikat, propaganda komersial pribadi merupakan hal yang sama pentingnya dengan gagasan demokrasi propaganda pemerintah. Iklan komersial menarik perhatian orang-orang melalui periklanan, yang merangsang fantasi dan dorongan hati yang tidak masuk akal, merupakan beberapa bentuk propaganda yang paling tersebar dalam keberadaannya hari ini.

10 - Propaganda dalam suatu sistem kuffar demokrasi memperlihatkan fakta dalam pengertian bahwa propaganda tersebut menciptakan "pengikut sejati" yang secara ideologi terikat dengan perkembangan demokrasi tersebut sebagaimana lainnya yang terikat secara ideologi atas kontrolnya. Pengabadian sistem kuffar demokrasi dan keyakinan ideal dalam menghadapi kekuatan yang terpusat dalam institusi-institusi propaganda (baik itu media maupun institusi-institusi politik) merupakan suatu bentuk kemenangan propaganda busuk yang terjadi dalam masyarakat modern Amerika (ص'l).


Artikel ini disusun oleh Nancy Snow, Ph.D. (Jacques Ellul, Propaganda) yang kemudian diterjemahkan secara bebas tanpa mengurangi makna yg sebenarnya.

Sumber: Theunjustmedia

20 Tahun Hengkangnya Sovyet Dari Afghanistan

"Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh."(Al-Anbiya' 21:105)

Bismillahirrohmanirrohim



Imarah Islam Afghanistan-Taliban
20 Tahun Hengkangnya Sovyet Dari Afghanistan
15 Februari 2009 M

"Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh."(Al-Anbiya' 21:105)

20 tahun yang lalu, 26 Dzul Qa'dah 1367 H bertepatan 15 Februari 1989 M, Rusia dipaksa keluar dan lari terbirit-birit dari bumi Afghanistan.

Pasukan Rusia yang dipersenjatai dengan berbagai jenis senjata modern kala itu, jatuh di tangan penduduk Afghanistan dan tak satupun kemenangan yang mereka raih dalam penjajahan yang mereka lakukan selama 10 tahun. Bahkan mereka mendapatkan kematian, luka dan hilangnya puluhan ribu tentara. Ribuan kendaraan tempur hancur. Mereka mengalami kerugian dana hingga trilyunan dolar. Itu semua adalah akhir kisah cerita sang adidaya nun perkasa yang tertipu yang dahulu kala dikenal dengan nama Uni Sovyet.

Dengan hengkangnya pasukan Uni Sovyet dari Afghanistan maka hancurlah kekaisaran Rusia. Bangsa-bangsa yang berada di bawah pemerintahannya mulai melepaskan diri dan merdeka. Robohlah pakta Warsawa dan Tembok Berlin.

Perjuangan jihad penduduk mujahid Afghan melawan Sovyet menyelamatkan dunia dari kejahatan komunisme. Dulu Sovyet tidak hanya semata menjajah Afghanistan, tapi dengan melakukan penjajahan di negeri ini mereka menginginkan air hangat di laut India, dan dari sana mereka akan melakukan perluasan/ekspansi terhadap lawan-lawan mereka.

Tapi dengan kurnia Allah dan disusul dengan keutamaan jihad Afghan yang suci, Uni Sovyet tidak hanya gagal menjajah Afghanistan, bahkan kekaisaran merah mereka berakhir di jantung Kremlin dan ideologi komunis menjadi hina, menjadi bahan tertawaan di seluruh dunia.

Dan dari keberkahan jihad Afghanistan dalam menghancurkan kekuatan komunis yang merajalela, maka giliran Amerika menjadi satu-satunya super power di dunia. Tapi sayangnya Amerika tidak memanfaatkan momen ini untuk kepentingan mereka dan dunia menuju hal positif, tapi justru mereka berjalan berlawanan dengan hal tersebut dengan meniti langkah Uni Sovyet dalam rangka politik ekspansi barat di seluruh dunia.

Dimulai dengan kejahatan dan pembantaian masal kaum muslimin di seluruh pelosok dunia. Mereka tidak memberikan hak hidup merdeka bagi seorang pun tanpa seizin mereka. Sampai mereka melakukan serangan brutal dan kejam terhadap Imarah Islam Afghanistan berlandaskan politik diktator mereka yang bertentangan dengan seluruh peraturan-peraturan dan norma-norma standar nasional dan internasional. Sebagaimana halnya dengan Sovyet, mereka juga melakukan pembakaran terhadap rakyat Afghanistan yang terdhalimi dalam kobaran-kobaran api. Rakyat yang semestinya mendapatkan penghormatan layaknya pahlawan.

Sebagaimana sitiran penduduk Afghanistan : "Sarang rajawali tidak akan kosong dari rajawali", maka di rumah-rumah rajawali itu terdapat rajawali lainnya yang akan merobek tulang belulang para penjajah Amerika yang tertipu dengan anti-peluru baja mereka sebaimana merobek tulang belulang tentara Sovyet dan yang sebelum mereka tentara kafir Inggris.

Imarah Islam Afghanistan di saat yang bersejarah dan membanggakan ini, bagi rakyat Afghanistan khususnya dan bagi umat islam umumnya, memanggil mereka lagi untuk menjaga parit-parit jihad yang suci untuk mempertahankan diri dari serangan Amerika dan sekutunya. Dan menyeru mereka agar berkonsentrasi pada persatuan dan kesatuan barisan jihad diantara mereka. Dan jangan pernah puas dan cukup kecuali dengan kemerdekaan penuh untuk negeri Islam Afghanistan dari penjajahan salibis Amerika.

Imarah Islam Afghanistan juga mengumumkan dalam perkataan yang jelas dan gamblang, pernyataan yang selalu diulang, pesan kepada para penanggung jawab Amerika yang tertipu; Agar mereka menarik seluruh pasukan penjajah dari negeri jihad Afghanistan sebelum mereka menemui nasib yang sama sebagaimana nasib Sovyet. Agar mereka mengambil pelajaran dari akhir kisah menyedihkan dan menghinakan Sovyet dengan menghentikan ekperimen kekuatan di bumi Afghanistan. Agar mereka mengerjakan hal-hal logis dan berpengetahuan untuk menemukan solusi seluruh persoalan. Bukan berdasar kepandiran dan keras kepala. Tak butuh waktu lama mulai dari sekarang bagi Amerika koboi untuk bangun dan menyelamatkan rakyat dan pemerintahannya dengan menarik prajuritnya, yang telah kehilangan semangat, dari Afghanistan.

Masa berlalu dan tak menyadarkan seorang pun. Hilangnya kesempatan yang tepat seperti ini tidak akan memberikan ketentraman dan kesenangan apa pun bagi pemerintahan Amerika melainkan derita dan penyesalan.

Wassalaam

Imarah Islam Afghanistan


Dan jika dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (Al-Baqarah 2:11)
Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (Al-Baqarah 2:12)


http://www.arrahmah.com/index.php/blog/read/3400/20-tahun-hengkangnya-sovyet-dari-afghanistan

Semakin kami disuruh melupakan syari’ah, khilafah dan jihad, semakin Muslim akan membayar dengan darah untuk menegakkan nilai-nilai itu

Ceramah Yvonne Ridley* di Global Peace & Unity Conference 2006, London 30-11-2006

Awalnya saya ingin mempersembahkan pidato saya di Global Peace and Unity Conference ini kepada Imam Anwar Al-Awlaki-seorang ulama terkemuka dan dihormati di komunitas Muslim berbahasa Inggris – yang ditahan di Yaman dua bulan yang lalu.

Namun, saya juga harus berterima kasih kepada saudara Fahad Ansari dari Islamic Human Rights Commission, penulis artikel “God Save The Deen”, yang menginspirasi saya menulis ceramah ini. Sebagian besar isi ceramah ini terinspirasi oleh tulisannya itu.

Keislaman saya masih amat belia, karena saya baru menjadi muslimah pada 2003 – dan meskipun masih banyak yang harus saya pelajari, saya dapat merasakan frustasi yang dirasakan umat muslim pada saat ini. Saya tahu serangan 11 September berdampak luar biasa besar pada dunia, tapi itu bukan suatu awal … itu adalah kelanjutan dari warisan imperalisme AS dan ketakutannya terhadap Islam.

Sekitar 10 tahun yang lalu, para pemuda Muslim dari berbagai belahan dunia membanjiri Bosnia untuk membantu saudara-saudara mereka berjuang mempertahankan diri menghadapi Serbia yang melancarkan genosida, sementara dunia hanya berdiam diri menontonnya. Jihad menyatukan Muslim dari segala kebangsaan, status, dan kultur. Semua disatukan, bahkan mereka yang tidak bisa berangkat untuk berperang berusaha mengulurkan bantuan dalam berbagai bentuk lain seperti penggalangan dana, penyelenggaraan acara penyadaran masyarakat, dan demonstrasi.

Hasilnya, umat Muslim berhasil mematahkan usaha genosida. Dunia Barat baru melakukan intervensi setelah tampak jelas bahwa Muslim Bosnia akan meraih kemenangan. Mereka tidak bisa menerima berdirinya sebuah negera Islam di jantung Eropa, sehingga mereka pun mengitervensi. Ini buka semata-mata kesimpulan saya, tapi mantan Presiden Bill Clinton pun mengakuinya dalam autobiografinya.

Ketakuan terhadap Islam telah berkembang selama 10 tahun belakangan, sehingga darah saudara-saudara kami kini mengalir bagaikan sugai-sungai yang melintasi Chechnya, Kashmir, Palestina, Afganistan, Irak, dan baru-baru ini kita semua menyaksikan apa yang terjadi di Lebanon. Saya pernah mendatangi banyak dari ladang-ladang pembantaian ini dan izinkan saya mengatakan kepada Anda bahwa tubuh-tubuh rusak, meledak berkeping-keping dari saudara-saudara Muslim kami sama persis dengan tubuh-tubuh yang tersebar pada hari ini sangat jelas: darah Muslim adalah komoditas murah.

Sementara itu, puluhan ribu Muslim tak bersalah masih disiksa di tempat-tempat terpencil seperti Teluk Guantanamo, Bandara Bagram di Afganistan, Abu Gharib, Diego Garcia, dan penjara-penjara rahasia di berbagai penjuru dunia.

Sementara itu, di penjara-penjara bawah tanah di Suriah, Yordania, Maroko, Tunisia, Algeria, Mesir … saudara-saudara kami disiksa atas prakarsa dan tuntutan pemerintah AS. Dan saya yakin pemerintah Inggris pun terlibat dalam hal ini … Para pejabat intelejen Inggris tidak lama lagi akan dipermalukan karena keterlibatan mereka.

Bahkan sampai sekarang, masih ada 9 warga negara Inggris yang ditahan di Guantanamo – orang-orang Amerika tidak menginginkan mereka, tapi pemerintah Inggris juga tidak mau menerima mereka. Meskipun Departemen Luar Negeri memberikan berbagai dalih, sebenarnya mereka hanya perlu menelepon untuk meminta pembebasan saudara kami itu. Dan jangan pikir hanya laki-laki yang disekap dan disiksa – Moazzam bisa mendengan jeritan seorang perempuan di sel penyiksaan di Afganistan tempat dia ditahan oleh Amerika.

Temuilah Moazzam Begg di stan Cage Prisoners hari ini dan tanyakan kepadanya, apa yang bisa Anda lakukan untuk membantu. Karena kita bisa membantu. Hampir tak ada tahanan yang dibebaskan berkat proses pengadilan, melalui tekanan politik … yaitu ketika pemerintah turut campur tangan.

Anda yang hadir hari ini bisa membuat perubahan. Jangan hanya duduk di sini dan memendam kegeramam – beraksilah. Tekanlah para politisi Anda dan ingatkan mereka bahwa Andalah tuan-tuan mereka.

Dalam surah Al-Áshr, Allah menyatakan bahwa seluruh umat manusia, termasuk Muslim, berada dalam kerugian; kecuali mereka yang BERIMAN, MELAKUKAN AMAL KEBAIKAN, dan SALING MENGINGATKAN TENTANG KEBENARAN DAN KESABARAN. Hanya dengan memenuhi 4 kriteria ini, kita akan dapat berjumpa dengan Tuhan. Namun, jika kita membenamkan kepala kita di pasir dan berpura-pura tidak ada penindasan di dunia, dan penderitaan saudara-saudara kita itu tak berarti apa pun bagi kita, maka mungkin kita tidak akan bisa berjumpa dengan-Nya.

Bahkan Ken McDonald, jaksa di Inggris, merasa jijik dengan tindakan-tindakan pemerintah – ia menyerang dengan sengit apa yang disebut “pengadilan-pengadilan rahasia“.

Pengadilan-pengadilan itu mengadili tersangka terorisme yang tidak diizinkan melihat bukti-bukti yang memberatkan mereka. Itu sungguh suatu penghinaan terhadap keadilan.

Dalam sebuah wawancara eksklusif denga Islam Channel News, dia berkomentar: “Kita harus menegaskan bahwa prinsip-prinsip ini tidak bisa ditawar-tawar. Dalam tekanan politik apa pun, dalam iklim apa pun, prinsip-prinsip ini adalah hakikat dari keadilan: persidangan yang terbuka dan dilakukan di hadapan pengadilan yang independen dan netral.

“Kita tidak menginginkan pengadilan-pengadilan rahasia, kita tidak menginginkan hakim yang dipilih secara rahasia, kita tidak menginginkan keadilan rahasia. Pengadilan yang berimbang; fairness di antara penuntut dan pembela tidak bisa ditawar-tawar; hak mendapat keterangan lengkap tentang kasus yang dituduhkan Negara terhadap Anda tidak bisa ditawar-tawar.

“Pembela berhak mengetahui tuduhan yang dihadapinya, dan mereka berhak mendapatkan bahan-bahan yang dimiliki Negara, termasuk yang merugikan tuduhan Negara atau menguntungkan tertuduh. Hak naik banding tidak bisa ditawar-tawar.

”Dan asas praduga tak bersalah, standar pembuktian kejahatan – yang melampaui keraguan-keraguan yang masuk akal – dengan tanggung jawab pembuktian terletak di pundak Negara, tak satu pun dari prinsip-prinsip ini bisa ditawar-tawar.”

Dan tentu saja ia benar – tapi Tony Blair berkata bahwa Muslim harus berhenti memiliki mentalitas korban. Namun, kalau kepala kejaksaan saja mengeluh, tentu kami punya alasan kuat.

Coba bayangkan, apa tanggapan anak-anak muda Muslim atas semua ini? Mereka membaca kisah-kisah kepahlawanan Salahuddin Al-Ayyubi, Khalid bin Walid, Tariq bin Ziad, dan menyimak kisah-kisah keberanian dan keperwiraan Nabi Muhammad saw, yang amat kami cintai. Tahukan Anda, 5 tahun lalu, saya sama sekali tidak tahu siapa Nabi saw itu. Namun, sekarang saya bersedia mengorbankan tetes darah terakhir saya untuk membela nama, kehormatan dan kenangan tentang beliau. Bahkan setelah wafat, beliau menunjukkan dirinya mampu menyatukan Ummah dalam protes terhadap karikatur jahat dari Denmark itu.

Pahlawan-pahlawan modern kami mencakup Malcolm X dan Sayyid Qutb, yang tulisan keduanya membantu saya mendefinisikan diri sebagai Muslim.

Mereka menjadi semacam role model yang diikuti anak-anak muda kami. Namun, mereka malah menerima informasi-informasi yang simpang siur dan membingungkan. Blair mencoba melarang Milestones (Buku karangan Sayyid Qutb) – ia diberi tahu bahwa Usamah bin Ladin membaca buku itu … Well, Usamah juga membaca Shakespeare. Apakah kita juga harus melarang Tweifth Nightm Hamlet, dan karya-karya klasiknya yang lain? Satu menit, anak-anak muda kami diberi tahu untuk hanya takut kepada Alla SWT, tapi menit berikutnya, mereka diberitahu untuk “melunakkan“ Islam mereka dan menunjukkan kepala dengan patuh.

Sejak peristiwa 11 September, diluncurkan kampanye gencar untuk mengubah Islam menjadi sesuatu yang lebih sesuai dengan menyuarakan Barat. Tujuannya adalah menciptakan satu Islam yang sekuler dan kultural yang rukun dengan dunia karena ia tunduk kepada penindas-penindasnya, bukannya kepada Allah; sebuah Islam tanpa jihad, syariah dan khilafah – hal-hal yang diperintahkan Allah kepada kami untuk menjalankannya, demi tegaknya din Allah di muka Bumi.

Dan upaya-upaya ini tampak di mana pun saya mengarahkan pandangan. Hijab direnggut dari kepala saudari-saudari kami di Tunisia, Prancis, dan Turki. Saudari-saudari kami di Belanda dan Jerman juga menjadi sasaran. Dan di Inggris, ada Jack Straw, mantan Menteri Luar Negeri Inggris yang mempermasalahkan Jilbab – dia mungkin tidak suka niqab, tapi saya berharap ia memakainya, ditambah sebuah berangus yang besar. Saya tidak membutuhkan laki-laki kulit putih setengah baya untuk memberi tahu saya atau saudari-saudari saya bagaimana kami harus berpakaian. Nikab, seperti jilbab, seperti hijab menjadi simbol penolakan terhadap gaya hidup Barat yang negatif seperti penggunaan obat-obatan terlarang, mabuk-mabukkan, dan seks bebas. Sikap tersebut adalah pernyataan kepada Barat bahwa kami tidak mau menjadi seperti dirimu.

Muslim yang memilih menjadi lebih kebarat-baratan ketimbang orang Barat sendiri membuat saya tertawa – tidak sadarkah mereka bahwa tampak konyol di mata dunia? Mereka bersembunyi di balik deskripsi-deskripsi semacam moderat – lagi-lagi, pesan apakah yang ingin disampakan kepada anak-anak muda kami? Jika kita meminta mereka untuk menjadi moderat, tidakkah itu menyiratkan bahwa ada sesuatu yang salah dengan Islam yang perlu dilunakkan, dijinakkan?

Apa itu moderat dan apa itu ekstremis? Saya tidak tahu. Saya hanya seorang Muslim. Saya tidak mengikuti ulama atau aliran mana pun … saya hanya mengikuti Nabi saw. Dan Sunnahnya. Apakah itu membuat saya menjadi seorang ekstremis? Saya tidak yakin Tony Blair memahami dirinya sendiri – saya menulis surat kepadanya tiga bulan yang lalu dan sampai sekarang saya masih menunggu balasannya. Menjadi Muslim itu agak mirip dengan mengandung. Pernahkah mendengar ada orang yang mengandung dengan moderat?

Islam telah diserang selama 1.400 tahun dan kami sekarang sudah belajar untuk hanya bergantung kepada Allah. Namun, masih ada Muslim yang mencium tangan yang menampar mereka. Saya khawatir bahwa kita tak lagi bisa memercayai seseorang hanya karena mengenakan busana Islami. Ada pemimpin-pemimpin Muslim yang mengklaim bahwa mereka membimbing dan melindungi kami, tapi tidak semuanya memikirkan kepentingan kami. Generasi muda kami harus sangat hati-hati sejak peristiwa 11 September dan Bom London 7 Juli. Kami harus memberi tahu generasi muda kami bahwa apa yang terjadi di Palestina, kashmir, Chechnya, Irak dan Afganistan adalah perlawanan yang dibenarkan terhadap pendudukan militer yang brutal, sedangkan kejahatan-kejahatan seperti 11 September dan Bom London adalah terorisme. Menyamakan keduanya berarti mengkhianati saudara-saudara kami yang tak punya pilihan selain melawan atau terhapus dari muka planet ini.

Hamba-hamba baru Dunia Barat menghujat partai-partai Islam dan pemerintah-pemerintah yang menerapkan syari’ah. Saya menyebut mereka “Penggembira“. Mereka diterbangkan pemerintah dari AS, Kanada, Yaman, dan Mauritania untuk menyebarkan Islam yang jinak. Hasil akhirnya adalah penjinakan din Allah, sebuah Islam yang lemah dan pasif, mau menerima status quo yang menindas dan menghinakan Muslim; sebuah Islam yang mendorong Muslim mengutuk aksi saudara-saudara mereka yang denga gagah berani melawan pendudukan dan penindasan dengan segala yang mereka punya. Bahkan mendoakan mereka pun sekarang menjadi kejahatan – berapa lama lagi sebelum kami diberi tahu untuk tidak mendoakan mujahidin?

Salah satu panglima perang terbesar yang pernah dikenal dunia, Salahuddin Al-Ayyyubi, pembebas Al-Quds, pernah ditanya mengapa dia tak pernah tersenyum. Dia menjawab, bagaimana mungkin dia tersenyum padahal dia tahu Masjid Al-Aqsa masih diduduki? Saya bayangkan bagaimana tanggapannya terhadap situasi dunia sekarang? Saat ini para pemimpin Arab menari perut tanpa malu di hadapan Amerika sambil menyerahkan Irak di atas sebuah piring. Pemimpin-pemimpin Arab itu berpaling sementara Palestina yang jelita tak henti-hentinya diperkosa dan “putrid jelita” Arab lainnya, lebanon … kemanakah Dunia Arab ketika ia diserang dengan amat brutal?

Dan genderang perang kembali ditabuh. Bukan janya seluruh dunia menyaksikan, melainkan anak-anak kami, generasi muda kami, masa depan kami. Kita harus mendidik dan menginspirasi mereka dengan kisah-kisah Nabi dan para Sahabat. Selama Ummah memunculkan tokoh-tokoh seperti Khalid bin Walid, Salahuddin Al-Ayyubi, Sayyid Qutb, dan Malcolm X, kami tidak akan kalah. Semakin kami ditindas oleh para tiran, semakin sengit kami melawan. Inilah sifat Islam.

Dan inilah Islam yang perlu diikuti anak-anak muda kami, dengan bimbingan dan ispirasi. Kami harus mengganti pemimpin-pemimpin yang mengebiri diri mereka sendiri dalam upaya menyedihkan untuk menjadi lebih Barat ketimbang bangsa Barat sendiri. Banyak anak muda Muslim sekarang menyadari bahwa tak peduli seberapa keras mereka mengompromikan din mereka untuk melebur ke dalam masyarakat yang lebih luas, ketika keadaan menjadi runyam, mereka akan diperlakukan dengan penuh kecurigaan. Semakin kami disuruh melupakan syari’ah, khilafah dan jihad, semakin Muslim akan membayar dengan darah untuk menegakkan nilai-nilai itu. Jihad yang kita saksikan di Palestina, Irak, Afghanistan, Kashmir, dan Chechnya adalah sesuatu yang mulia, sebuah perang yang dibenarkan melawan kezaliman dan tirani.

Aksi para jihadis sama sekali tidak menimbulkan ancaman terhadap Barat atau gaya hidup orang Barat. Perlawanan mereka bukan hanya dibenarkan tetapi bahkan didukung oleh hukum international. Ekstremis religius yang sungguh-sungguh menimbulkan ancaman terbesar meradikalisasi anak-anak muda kita adalah Kristen Fundamentalis di Gedung Putih dan Downing Street. Bush dan Blair telah menjadi agen perekrutan terbaik Al-Qaidah.

Semakin banyak anak muda Muslim menyadari bahwa bukan terorisme atau ekstremisme yang menjadi target, tetapi Islam sendirilah yang menjadi target.

Kini Ummah-lah yang harus memimpin dan menginspirasi generasi muda Muslim, seperti Nabi memimpin dan menginspirasi jutaan manusia dan akan terus demikian adannya. Dan pelajaran pertama yang harus kami sampaikan kepada generasi muda kami adalah takut kepada Allah SWT.


*Yvonne Ridley, wartawati-feminis Inggris, yang menjadi mualaf setelah ditawan Taliban, dan kini menjadi pembela Islam di Barat



Sumber:
http://andricipta.wordpress.com/2007...n-menuju-iman/
http://s3nn4.multiply.com/journal/item/264
http://c4kra.multiply.com/journal/item/212/212

diterjemahkan dari:
http://yvonneridley.org/yvonne-ridle...don.-uk-4.html

Once Upon in Nusantara..











Foto-foto diambil dari Darul Islam: Sebuah Pemberontakan oleh C. Van Dijk

Meski, dengan mengutip Herman Ibrahim dalam salah satu artikelnya di Pikiran Rakyat, "Rakyat Indonesia selalu dicekoki tuduhan seakan-akan gerakan Islam identik dengan pemberontakan. Kehadiran dan deklarasi NII sebenarnya tidak pada posisi ada negara di dalam negara karena Republik Indonesia berdasarkan Perjanjian Renville hanya berada di Yogyakarta dan sekitarnya. Lebih tepat dikatakan kehadiran NII adalah sebuah negara dengan negara yang sejajar jika disandingkan dengan RI. Lain halnya dengan negara Pasundan yang benar-benar merupakan produk Belanda. Orang-orang nasionalis tidak bisa sependapat dalam perkara ini, tetapi kebenaran sejarah tidak bisa ditutupi terus-menerus."

Sekedar sebagai kenangan bahwa pada suatu ketika di nusantara, negara itu pernah ada..
dan kini ..?


copas dari http://c4kra.multiply.com/photos/album/31/Pada_Suatu_Ketika_di_Nusantara
 

Site Info

Followers

Tidak Ada Dien Yang Diridhai Allah Selain Islam Copyright © 2010 HN-newby L-F is Designed by ri-cka
In Collaboration with smooTBuuz