Di antara rahmah Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah Ia tidak membiarkan manusia hidup di dunia ini dalam kebingungan dan kesesatan. Oleh karena itu, Ia mengutus para nabi dan rasul untuk menyampaikan jalan petunjuk-Nya kepada manusia. Pada akhir zaman ini, Allah mengutus Rasul-Nya Muhammad shallallahu 'alahi wa sallam dengan membawa risalah Islam sebagai penyempurna risalah para rasul sebelumnya. Maka, siapa yang menapaki jalan Islam pasti selamat. Sebaliknya, siapa yang menjauhinya pasti sesat dan binasa.
Akan tetapi, Islam tidak cukup dengan pengakuan; tidak pula dengan kerja keras tanpa aturan. Al-Qur'an memberikan pelajaran kepada kita mengenai penyimpangan umat sebelum kita dari jalan petunjuk yang dibawa oleh rasul mereka. Hal ini bertujuan agar kita –umat Islam— tidak mengulang sejarah penyimpangan mereka dari petunjuk Rabbani. Allah berfirman :
"Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan yang Engkau anugerahkan kepada mereka (para nabi, shiddiqin, syuhada', dan shalihin); bukan jalan orang-orang yang dimurkai, bukan pula jalan orang-orang yang tersesat." (QS Al-Fatihah [1] : 6-7)
Para ulama mengatakan bahwa "orang-orang yang dimurkai" adalah Yahudi, sedangkan "orang-orang yang tersesat" adalah Nasrani. Yahudi dimurkai Allah karena mengetahui kebenaran, tetapi tidak mau mengamalkannya. Sebaliknya, Nasrani tersesat karena beramal dengan menyelisihi kebenaran.
Adapun Islam adalah agama moderat. Umatnya pun umat moderat sebagaimana firman Allah :
"Dan demikianlah Kami jadikan kalian sebagai umat moderat (pertengahan) agar menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi pula atas (perbuatan) kalian." (QS Al-Baqarah [2] : 143)
Islam berada di pertengahan antara Yahudi dan Nasrani. Oleh karena itu, siapa saja yang hendak menapaki jalan Islam harus menyelisihi jalan yang pernah ditempuh oleh ahlul kitab. Mereka yang hendak menapaki jalan Islam dan hendak memperjuangkannya harus memenuhi dua hal :
Pertama, mengetahui dienullah 'Azza wa Jalla.
Kedua, mengamalkan ajaran dien sehingga dien itu menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.
Beramal untuk mencari keridhaan Allah tanpa dasar ilmu adalah sangat berbahaya, sementara ilmu tanpa adanya amal jauh lebih berbahaya. Maka dapatlah dimengerti bahwa manusia yang paling berbahaya terhadap dienul Islam adalah orang-orang 'alim yang tidak mengamalkan ajaran dien. Sebab, mereka mngetahui celah-celah dan tempat-tempat untuk berkilah dari dien ini dan melepaskan diri dari tuntutan-tuntutan nash-nash Al-Qur'an dan hukum-hukum syar'i, kemudian mereka menfatwakan kepada umat perkara-perkara yang meringankan. Kebenaran mereka anggap sebagai syubhat. Sebaliknya, syubhat justru mereka anggap sebagai kebenaran. Pada hakikatnya, mereka ini menyembunyikan kebenaran dan menutupinya dengan hapalan pengetahuan mereka. Terhadap orang-orang seperti ini, Allah berfirman :
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada mereka dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknat. Kecuali mereka yang telah bertaubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS Al-Baqarah [2] : 159-160)
Dalam menjelaskan ayat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada para sahabat, "Tahukah kalian, siapa para pelaknat itu?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahuinya." Beliau bersabda, "Binatang di permukaan bumi yang ditimpa paceklik dan kelaparan lantaran perbuatan para ulama su' 'jahat' sehingga jarang sekali turun hujan." (Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
Imam Al-Auza'i mengatakan dalam sebuah atsar, "Pekuburan mengadu kepada Allah 'Azza wa Jalla karena bau busuk bangkai orang-orang kafir. Lalu Allah mewahyukan kepadanya, 'Maukah Aku beritahukan kepadamu bau yang lebih busuk dari bangkai-bangkai itu?' Pekuburan menjawab, 'Ya, kami mau wahai Tuhanku.' Allah berfirman, 'Perut-perut ulama su'.'"
Di sisi lain, mereka yang mau beramal untuk dienul Islam namun tidak disertai ilmu, maka bisa jadi mereka mencemarkan dien tanpa mereka sadari. Orang yang beribadah kepada Allah tanpa dasar pengetahuan juga berbahaya. Karena itu, Imam Ibnu Sirin rahimahullah mengatakan, "Takutlah kalian terhadap dua fitnah karena fitnah keduanya adalah fitnah yang menyebabkan kehancuran manusia. Kedua fitnah itu adalah 'alim yang bejat dan ahli ibadah yang jahil." 'Alim yang bejat adalah orang 'alim yang tidak mengamalkan ilmunya, sedangkan ahli ibadah yang jahil adalah yang tidak mempunyai pengetahuan tentang dien, maka dia menyembah Allah 'Azza wa Jalla atas dasar kebodohan.
Dengan demikian, siapa saja yang ingin menapaki jalan Islam haruslah dengan ilmu dan amal secara seimbang sehingga mengantarkannya kepada kesuksesan dan keselamatan dunia-akhirat. Wallahu a'lam.
http://gedublaks.multiply.com/journal/item/2/MENAPAKI_JALAN_ISLAM
0 komentar:
Posting Komentar